Pempek 55 Hj Eti, Kuliner Nostalgia Lorong King

kapal selem pempek 55 Hj Eti lorong king - kota Bandar Lampung
Kapal selem, tak seseram namanya..
mulut lorong King - kota Bandar Lampung
Awal lorong King dari arah jalan Letjend Suprapto.

Berawal dari obrolan iseng di twitter saat bilang ke kawan-kawan kalau saya longgar dari hari Sabtu sampai Selasa. Serunya nih, mas Teguh Prasetyo langsung mengajak kami ke Lorong King yang sering disingkat Loking ini, untuk menikmati aneka kuliner yang ada di lorong paling ngehits di kota Bandar Lampung ini. Dan pastinya Pempek 55 Hj Eti. Selain banyak toko pakaian, di lorong ini juga menjadi tempat kumpulnya beberapa tempat makan di Bandar Lampung.

Lorong yang satu ini memang salah satu lorong sempit yang ramai di Kota Bandar Lampung. Dan punya banyak kisah menarik bagi sebagian anak muda era 90an.. iya gitu? ๐Ÿ˜€

Kalau dipikir-pikir sudah lama King Supermarket tutup, tetapi orang-orang tetap menyebutnya Lorong King. Padahal saat ini supermarket lama itu sudah berubah banyak dan sudah menjadi Simpur Center. Harusnya kalau mau fair dirubah saja namanya menjadi Lopur, Losim, atau Lompur ya. hehehe…

Loking ini terletak di Tanjung Karang Pusat, tidak jauh dari pertigaan Kaliawi dan Kantor Telkom, menghubungkan jalan Kartini dengan jalan Letjend Suprapto. Awal-awal ada King Supermarket di tahun 1980-an, sebagian warga Bandar Lampung sering lewat lorong ini untuk menyingkat jarak tempuh jalan kaki, daripadai harus memutar lewat jalan Pangkal Pinang atau jalan Brigjend Katamso.

Ingat di tahun 1980an itu, kalau kita melintasi Loking yang tampak adalah bedeng-bedeng warga Tionghoa di kiri kanan lorong. Bedeng-bedeng sempit dengan kehidupan sehari-hari khas warga Tionghoa. Sesekali tampak anak-anak mudanya nongkrong di lorong, para sesepuh yang duduk-duduk di teras, dan sempat pula saya lihat sekilas seorang warganya yang membanting-banting adonan tepung untuk dijadikan mie.

Mengingat kembali sebagian kehidupan keseharian yang khas di kota Bandar Lampung ini tidak ada salahnya mengikuti ajakan mas Teguh, yang biasa dipanggil Eyang oleh kawan-kawannya, untuk mendatangi Lorong King diย akhir pekan lalu, Sabtu (06/02/2016). Mas Teguh ini juga salah satu penggiat komunitas Lampung Heritage yang sering membahas isu-isu sejarah di Lampung, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

“Mau coba kamera baru dari @focusone.id, sekalian mengenang masa-masa SMP, SMA, dan waktu pacaran.ย Sekalian buat bahan ngisi blog baru yopiefranz yang masih kosong dan sepi pengunjung ini,” pikir saya dalam hati saat membaca jawaban mas Teguh di twitter ๐Ÿ˜€

Malam hari sebelum tidur saya sudah membayangkan besok mau makan apa saja di lorong bersejarah bagi sebagian warga kota Bandar Lampung ini.. hhhmmm ๐Ÿ˜€

Jembatan Penyeberangan Bambu Kuning - kota Bandar Lampung
Jembatan Penyeberangan dari arah Bambu Kuning menuju jalan Bengkulu.

Sabtu (06/02/2016) tengah hari selesai makan siang di rumah, saya dan istri berjalan kaki menyusuri Pasar Tengah di antara bangunan-bangunan tua yang entah sudah berusia berapa tahun. Yang jelas sebagian bangunan-bangunan itu sudah ada sebelum saya lahir. Melintasi jalan Bengkulu lalu berbelok ke kanan memasuki lorong yang menguhubungkan jalan Bengkulu dan jalan Pemuda. Lalu kembali memasuki lorong penghubung jalan Pemuda dan jalan Pangkal Pinang.

Jalan Bengkulu - Kota Bandar Lampung
Jalan Bengkulu – Kota Bandar Lampung
penjual degan di jalan Bengkulu - kota Bandar Lampung
Penjual degan di jalan Bengkulu.
Lorong penghubung jalan Pemuda dan jalan Pangkal Pinang.
Lorong penghubung jalan Pemuda dan jalan Pangkal Pinang.
Penjual balon di Sekitar Simpur Center jalan Letjend Suprapto - kota Bandar Lampung
Penjual balon di Sekitar Simpur Center jalan Letjend Suprapto.

Lurus masuk jalan Letjend Suprapto, melewati bekas Lampung Plaza yang sempat menjadi pusat perbelanjaan denganย bioskop di lantai duanya di sebelah kanan. Menuju Simpur Center, masih banyak toko-toko yang buka dan pedagang kaki lima. Lalu sampai lah kami di Lorong King.ย Eng ing eng…

Menyusuri Lorong King

Masuk ke kanan, kami sudah disambut beberapa pemuda dengan tatto di lengannya. Melewati booth penjual pernak pernik, lalu booth sepatu dengan penjualnya yang duduk menunggu pembeli. Di sebelah kanan ada penjual rujak buah yang sering ramai oleh langganan penggemarnya. Dulu sepertinya saya sering beli rujak di sini, menuruti keinginan yang sedang ngidam di rumah ๐Ÿ˜€

pak Iwan penjual es kacang lorong King - kota Bandar Lampung
“1 gelas aja ya pak, minum di sini…”
es kacang lorong king - kota Bandar Lampung
Es kacang Lorong King, Murah meriah. Seru sambil mengamati orang yang lalu lalang ๐Ÿ˜€

Di sebelah penjual rujak ada penjual es kacang, yang tiap saya lewati selalu ramai. Nah kebetulan kemarin sedang sepi hanya ada dua embak-embak yang tampaknya lelah berbelanja dan ingin melepas dahaga dengan minum es kacang ini. Tadinya saya ingin pesan bungkus saja untuk dinikmati sambil jalan, tapi sepertinya enak juga kalau minum di tempat.

Segelas berdua, ciyyee…., kami menikmati es kacang di bawah tenda yang agak gelap karena cuaca sedang mendung. Kacangnya ga banyak-banyak amat, dengan es yang dibuat dari santan. Beda dengan es kacang di Menado, es brenebon, yang banyak berisi kacang merah dan diberi sirup dan susu kental. Kalau es kacang yang ini rasa santannya yang dominan.ย  paket wisata jogja

Penjual es kacang ini sudah lama lho mangkal di ujung Lorong King ini. “Wah, sudah lama saya di sini, dari awal 1990an sudah dagang di sini. Dari belum punya anak sampai anak saya kuliah di Cirebon, biayanya ya dari gerobak es kacang ini.” Pak Iwan menjelaskan saat saya tanya sejak kapan dia jualan.

“Alhamdulillah saya bisa membiaya anak sampai dia kuliah jauh di Cirebon. Jualan di sini kadang sepi kadang ramai, ga tentu juga. Yang penting dapur ngebul,ย keluargaย bisa makan dan anak kuliah” lanjutnya.

Hebat juga ya pak Iwan ini, tekun berjualan sampai bisa mengirim anaknya kuliah. Hanya dengan berjualan es kacang di Lorong King ini. Kalau kita , boro-boro kayaknya. Kena gerimis dikit aja sudah masuk angin dan ngambek…

Selesai mengobrol dengan pak Iwan, kami melanjutkan menyusuri lorong yang tidak seberapa panjang ini. Tebakan saya paling hanya 80an meter, ga lebih.

Di sisi kiri kanan kebanyakan adalah toko penjual pakaian wanita dan anak-anak. Tak heran kalau kebanyakan yang kita jumpai di sini adalah ibu-ibu muda dan wanita usia SMA dan kuliah. Istri sempat saja melihat beberapa pakaian yang sepertinya dianggap menarik dan beberapa sepatu sandal. “Tapi niat kita kan makan, bukan yang lain…” ๐Ÿ˜€

Pempek 55 Hj Eti Lorong King, Kota Bandar Lampung.
Pempek 55 Hj Eti Lorong King, Kota Bandar Lampung.

Peberhentian kami selanjutnya adalah Pempek 55 Hj. Eti. Dari luar warung makannya terlihat mini bersebelahan dengan toko sepatu. Untuk memasukinya kita melewati 2 buah lemari etalase terbuat dari aluminium dan kaca. Yang satu berisikan bermacam jenis pempek, yang satunya lagi buah-buahan.

Sedangkan di dalamnya terdapat 2 meja di tengah untuk duduk bagi yang ingin makan berhadap-hadapan dan meja yang menempel di kedua sisi tembok. Saat saya masuk ada 7 pengunjung yang sedang menikmati pempek yang tersedia. Saya jadi mengira-kira, kalau penuh bisa saja warung makan ini menampung 25 orang.

Pempek 55 Hj Eti Lorong King, Kota Bandar Lampung.
Pempek 55 Hj Eti Lorong King, Kota Bandar Lampung.

Sebenarnya, saya dan kawan-kawan sudah beberapa kali kemari. Jadi pilihan yang mudah di jangkau di seputaran Tanjung Karang Pusat. Dan mudah untuk menjangkau tempat lain di kota Bandar Lampung setelah kenyang menyantap pempek.

Di sini ada pempek rebus, goreng, dan panggang yang bisa kita nikmati. Atau kalau mau kapal selem, lenggang, otak-otak, tekwan, model, rujak tahu, kita tinggal pesan saja. Untuk minuman ada jus mangga, jeruk, alpukat, jambu merah, buah naga, es campur, dan lain-lain.

kapal selem pempek 55 Hj Eti lorong king - kota Bandar Lampung
Kapal selem, tak seseram namanya..

Mana nih mas Teguh dan Kiki? Mereka datang setelah saya menghabiskan 5 buah pempek. Yang datang pertama Kiki dan pacarnya. Lalu mas Teguh tidak berapa lama kemudian.

Kalau sudah kumpul begini, mau di tempat yang gerah sekalipun, tawa canda tetap terdengar dari kami. Dari membahas apa yang terjadi saat menuju Lorong King, kena tilang polisi tapi tidak mau mengeluarkan kartu sakti, sampai bahas blog masing-masing.

Pempek 55 Hj Eti Lorong King, Kota Bandar Lampung.
Ada eyang di antara kami ๐Ÿ˜€

Untuk harga, kami berdua makan 1 porsi kapal selem, 5 buah pempek, jus alpukat dan jus jambu hanya habis 36.000 rupiah. Masih terjangkau bukan?

Saat mereka masih menikmati pempek masing-masing, saya pamit duluan mau service HP yang lemot banget. “Hubungi saya kalau kalian lanjut makan Mie Jumbo ya.” saya menutup pembicaraan siang itu.

Mie Jumbo itu juga terletak di Lorong King, tempat kami ngemil di antara makan siang dan makan malam ๐Ÿ™‚

Nah, kalau kamu punya cerita menarik tentang kuliner Lampung yang ada di Lorong King?

Di bawah ini pendapat sebagian kawan-kawan yang saya kumpulkan di twitter.

Related posts

16 comments

  1. Paling suka baca cerita seperti ini. Banyak hal menarik yang dijumpai sepanjang menyusuri jalan kenangan. Bertemu orang-orang, berinteraksi, apalagi sambil jajan-jajan ditemani pasangan ya mas.

    Pempeknya bikin ngiler..

    1. Banyak yang dilihat banyak yang diamati. Paling seru saat kita berinteraksi dengan orang yang kita baru kenal di jalan ๐Ÿ™‚

    1. enak dan murah meriah, bawaannya nambah & ngunyah melulu..
      aku orang Menado yang besar di Lampung ๐Ÿ˜‰

  2. Nama usaha pempek di Lampung banyak diawali angka ya Mas, walau dibelakqngnya kemudian ada nama unik. Kenapa tuh ya? Terus pagi2 aku juga pengen makan pempek ๐Ÿ™‚

    1. Aku juga kurang tau alasan penggunaan angka sebagai nama usaha. Mungkin diambil dari nomor rumah mereka.
      Kalau pagi2 pingin pempek itu, karena laper kah?? ๐Ÿ˜€

  3. Es kacangnya bikin ngiler Om, memangenak kalau keliling lampung sambil blusukan seperti ini ya ? Bahkan jadi bisa mengetahui keindahan lampung yang lebih terlihat natural dan kesannya enak di jadikan tempat liburan dan belanja yang berkesan. Apalagi dengan penggnaan angka yang digunakan di kedai, seperti di Yogya dan tempat daerah indonesia lainnya.

    1. ini aja baru yang sekitar 300an meter dari rumah, oom Indra…
      Belum blusukan yang agak jauh lagi. Asal mata mau melihat dan telinga mau mendengar, banyak yang bisa diangkat ya oom…

  4. Baca ini kayak denger cerita dari orangtua bahwa di sana dulu ada anu ada itu :p

  5. Aduh bikin kangen es kacang n pempek, enak n murah jajan di sana, buat org2 perantauan kyk saya ini bikin kepengen pulang bgt

Comments are closed.