Ga menyangka saya akan menikmati sedapnya pindang baung dan nikmatnya kopi Lampung dalam satu hari. Semacam wisata kuliner khas Lampung dadakan di sela-sela gelaran Festival Krakatau 2015.
“Kawan-kawan undangan Festival Krakatau 2015 sudah naik bis, kami menuju sana ya.” Seru mbak Alya melalui telpon seluler sekitar pukul 09:00, Minggu (30/08/2015). Saya pun bergegas keluar rumah untuk menunggu bis yang khusus mengantar kami ke beberapa tempat makan di Bandar Lampung yang menyediakan kuliner Lampung sebelum menyaksikan pawai budaya Festival Krakatau 2015 di jalan dr. Susilo, Bandar Lampung, siang harinya.
Kawan-kawan memang disediakan bis khusus oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung untuk memudahkan berpindah tempat selama berlangsungnya acara. Dan mbak Alya, dari Dinas Parekraf Provinsi Lampung, yang bertugas menemani kami hari itu. Ditemani oleh mas Dimas dari sebuah perusahaan travel di Bandar Lampung.
Dua hari sebelumnya (28/08) mereka berdua menjemput kawan-kawan blogger dan penggiat media sosial yang berasal dari Jakarta, Bogor, dan Solo di Bandara Radin Inten II. Malamnya menemani mereka menginap di sebuah hotel di Bandar Lampung untuk beristirahat bersiap-siap mengikuti tur Krakatau yang akan melelahkan keesokan harinya.
Nah, saat saya menaiki bis ukuran tanggung yang bisa memuat sekitar 20an penumpang, langsung disambut dengan muka-muka ceria walau kelelahan sisa tur Krakatau hari sebelum. “Kita sekarang menuju pengrajin keripik di Gang PU ya bang, setelah itu baru ke cafe dr Coffee.” Jelas mbak Alya.
Siiip kalau begitu. Walau ternyata akhirnya ga jadi karena pengrajin yang dituju tidak buka hari Minggu itu. Dan kami pun langsung menuju Dr Coffee.
Beberapa hari sebelumnya saya sudah menghubungi Ali, pemilik Dr Coffee Cafe, kasih kabar kalau kami akan datang berkunjung. Mau ajak bu Evi Indrawanto, Donna Imelda, Halim Santoso, Indra Kusuma, Katerina S, Melly Feyadin, dan Abah Yoyok ngopi sebelum menyaksikan pawai budaya 🙂
“Belajar” minum kopi di Dr Coffee
Setibanya di Dr Coffee, kami disambut oleh Ali, mas Vero dan pak Karjo. Mereka termasuk orang-orang yang giat menggalakkan kopi Lampung di Bandar Lampung. Pak Karjo adalah salah satu pemilik sertifikat R Grader di Lampung. Beliau banyak menjelaskan tentang kopi hari itu, dari aroma sampai ke rasa kopi, cara menyeduh, sniffing, dan cupping.
Sedangkan saya, selain menyimak saya memilih banyak duduk sambil nikmati secangkir kopi dari kelompok Tani Mekar Sari, kecamatan Fajar Bulan, Lampung Barat. Berasa minum vitamin buat energi motret sampai sore 😀
Buat yang belum tau, Dr Coffee Cafe bertempat di sebuah ruko di jalan Sumantri Brojonegoro, jalan masuk ke kampus Unila. Tidak jauh dari arah lampu merah, cafe berada di sebelah kiri. Saya sendiri sering duduk-duduk sendiri di sini, numpang wifi sambil ngopi. Atau mampir saat selesai bertugas dari luar kota, untuk makan malam dengan menu nasi goreng atau ayam bakar.
Tempat duduk kayu yang berbentuk kotak dengan mejanya yang senada, sengaja ditata dengan seminimalis dan manis. Ditambah lagi interior yang cantik, menambah suasana semakin cozy untuk tempat nongkrong.
Alghazali Qurtubi (Ali), owner Dr Coffee, menjelaskan untuk kopi asli Lampung pihaknya sedang mengembangkan lima jenis kopi single origin. Di antaranya, single origin Fajar Bulan, Ulu Belu, Liwa, Sumber Jaya, dan Mekar Sari (organik). “Selain menampilkan lima single origin dari Lampung, di sini kami juga menampilkan sekitar 20 jenis kopi Nusantara yang bisa dijadikan pilihan. Tentunya dari masing-masing jenis kopi Arabika dan Robusta yang memang memiliki kelebihannya masing-masing,” jelasnya.
Untuk menikmati kopinya, kita bisa memilih lima cara olahan. Saya seringnya sih pesan kopi tubruk, dan terkadang vietnam drip. Ada juga V60 dripper, french press, hingga rockpresso. Untuk harga dikisaran Rp 7 ribu – Rp 70 ribu per gelas.
Dua jam tak terasa. Dari 09:40 sampai 11: 40 kami betah di gerai kopi sederhana namun menyenangkan ini. Waktunya berpindah tempat. paket wisata jogja
Pindang Baung plus Sambal Level 15 di Dapoer Tatu
Sebelum ke jalan Dr Susilo untuk menyaksikan parade budaya, kami diajak makan siang terlebih dahulu di Rumah Makan Dapoer Tatu yang terletak di Jl Putri Balau no 24, Kedamaian. Tempatnya asik ternyata. Suasananya adem lho, ada beberapa gubuk tanpa AC, ada banyak tanaman hias dan kolam ikan. Baru kali ini saya kemari. Kemana aja ya selama ini.. hehehe
Mbak Alya bilang, rumah makan Dapoer Tatu ini salah satu tempat wisata kuliner khas Lampung yang ada di kota Bandar Lampung. Beberapa minggu kemudian saya tau ada rumah makan lain yang juga menyediakan menu khas Lampung di kota Bandar Lampung ini.
Ada banyak pilihan pindang. Ada kepala simba, patin, baung, dan pindang iga sapi. Beberapa kali saya makan pindang di tempat lain, masih berasa amis ikannya. Istimewanya pindang di Dapoer Tatu, yang ada itu rasa lezatnya tanpa ada amis sama sekali. Nyam nyam…
Lain kali kemari mau deh cobain menu andalan lain seperti Ayam Ijo (ajo), Gurame Ijo (gujo), Lele Ijo (lejo), Cumi Ijo (mijo), Bebek Ijo (bejo), dan Udang Ijo (udjo). Yang kesemuanya itu kuliner serba rawit andalan Dapoer Tatu. Makan rame-rame sambil keringetan kena pedas level 15 pasti seru 😀
Untuk harga, dibanderol dikisaran Rp 19 ribu sampai Rp 40 ribu per porsinya. Relatif terjangkau kan, untuk makan bareng keluarga atau kawan-kawan yang ingin cicip citarasa Lampung campur Sunda.
“Alhamdulillah, Kedatangan panitia festival krakatau beserta tamu2 jauhnya..hehehe, thanks to Dinas Parekraf yang sudah merekomendasikan DAPOeR TATU sebagai tempat wisata kuliner khas Lampung kepada wisatawan dan wartawan nasional. Ssttt..ada liputan dan wawancara eksklusifnya jg lho..hehhe..” Tertulis di Fanpage FB Dapoer Tatu, tertanggal 30 Agustus 2015.
Ngopi sudah makan siang juga sudah, bis kami meluncur ke jalan Dr Susilo. Berhenti di batas akhir yang diperbolehkan dilalui, kami lanjutkan ke lokasi panggung utama dengan berjalan kaki sedikit.
Di kiri kanan sudah nampak beberapa warga kota Bandar Lampung yang berkumpul menunggu acara dimulai. Penjual buah dan es cincau gerobakan sedang melayani warga yang kehausan dan kepanasan di pinggir jalan. Jam sudah menunjukkan pukul 13:40 saat kami tiba. Tidak mungkin 30 menit kedepan acara dimulai. Paling tidak satu jam lagi dimulai, pikir saya sambil berjalan dan berpisah dengan kawan-kawan lain.
Menjauh dari kawan-kawan, mendekati penjual es cincau yang juga kepanasan. Lalu saya pesan satu gelas. Lumayan buat basahi sementara tenggorokan yang mulai kering 😀
Jadi itulah kegiatan kawan-kawan sebelum datang ke pawai budaya Festival Krakatau 2015. Sebenarnya ada banyak tempat Kuliner Lampung lain yang bisa dikunjungi. Bisa coba bakso Sony dan pempek yang tersebar di kota Bandar Lampung. Bisa ke Museum Lampung atau hutan monyet yang tidak jauh dari pusat kota. Juga banyak rumah makan lain yang menyediakan pindang patin/baung/simba sebagai menu andalannya.
Ada saran lain?
Aaah aku ingat banget itu pindang enaknya kayak apa. Bikin nagih! Gara-gara makan pindang di Dapur Tatu ini besoknya sebelum pulang ke Jkt aku minta makan pindang lagi. Untung kesampean. Ga jadi mutung balik Jakarta haha.
Dan sejak itu, ternyata jadi ngidam pindang Lampung terus. Sayang waktu FTS nggak kesampaian 😀
Tapi waktu balik dari Way Kambas bulan Januari kemarin kesampaian makan pindang lagi hehe. Alhamdulillah.
Waktu ke Dr Coffee sempat stress tuh disuruh membedakan aroma kopi wkwkw Tapi senang jadi belajar cara membedakan rasa kopi. Kopinya enak, sempat beli 1 bungkus. Sampe rumah dicobain, kuat banget efeknya 😀
Minggu depan ke Lampung lagi, aku mau makan pindang baung lagi. Ajakin lagi ya! 😀
Pantes aja sebelum pulang dari FK 2015 tiba-tiba mampir di rumah makan yang ada pindangnya 😀
Nanti kita coba pindang di Rumah makan lain ya…
Baru sedikit cafe yang angkat kopi Lampung sebagai andalan. Syukurlah dr coffee berani lakukan itu.
Ditunggu ya di Lampung 🙂
Gimana ga lama & betah di sana, yang nemenin minum kopinya seperti ini ~> https://www.instagram.com/p/8SqH7IiEfN/ 😀
Kurang tau persis dimana bedanya, mungkin pindang di Lampung banyak dipengaruhi pindang dari Meranjat yang dekat dengan perbatasan Lampung. Ada nanas di dalamnya.
wah sering ngopi juga bang yopie ? ati – ati kopi sianida. Hahaha
Dapur tatu itu keliatanya cozy yah lesehan asik. cocok banget kayaknya jadi tempat persinggahan kalau ke lampung 😀
Yang ini pake perasaan aja ngopinya, wkwkwkwk 😀
Apalagi Kalau senang pedas, boleh dicoba sambal dan menu serba rawitnya..
kece… ada foto gw di artikel ini heheheheh
Bakal sering muncul di artikel lain, hahahaha…
Tunggu aja.
Jadi bingung mau makan yang mana saking banyaknya makanan yang disediakan, akhirnya pada selfie dulu. Ha,,, ha,, ha,,
Selfie juga asik sih oom selain motret makanan, hehehe….
Aku juga kangen pindang ini. Di Tangerang juga ada sih sebetulnya. Tapi kok yang di Lampung lebih enak ya..Mungkin karena makannya gak lupa sambil cekakak-cekikik hahaha
Ada beberapa Rumah makan yang menawarkan pindang enak di sini. kapan2 kita mampiri 🙂
Padahal tempat ini dekat dengan rumah mertua tapi belum pernah nyobain hi hi. Suami saya nggak suka pindang sih, saya juga pilih-pilih banget karena nggak suka pindang yang masih ada amis-amisnya. Sukanya yang bumbunya strong 😀 Tapi boleh juga kalau temanya Lampung campur Sunda, lebih pas di lidah suami.
kapan2 komunitas tapis blogger makan siang bareng dengan menu khas lampung asik juag kali ya 🙂