Ini tulisan saya mengenai wisata Pesisir Barat, khususnya hutan damar (repong/kebun damar) dan Pulau Pisang di kabupaten Pesisir Barat yang dimuat di majalah Xpressair edisi 06, Juli 2016. Satu lagi tulisan mengenai tempatย wisata di Lampung yang bisa dinikmati.
Jalanan mulai berliku saat kendaraan memasuki kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Di kiri kanan jalan dipenuhi tumbuhan merambat dan pepohonan tinggi menghalangi sinar matahari yang ingin masuk sehingga suasana menjadi teduh. Suara serangga nyaring terdengar saat kita membuka jendela kaca mobil. Terkadang ada suara-suara burung yang belum kita dengar di kota. Menambah syahdu perjalanan kami melintasi jalan di punggung bukit barisan menuju Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung.
Keluar dari kawasan TNBBS kami disambut dengan suasana yang jauh berbeda, di satu sisi tampak pantai dengan lautan pasirnya yang luas dan di sisi lain bukit barisan yang terus mengiringi perjalanan kami tanpa henti. Di kaki bukit banyak kita lihat tanaman keras dan pepohonan hutan seperti pohon durian dan duku. Di beberapa tempat yang paling menonjol adalah pohon damar mata kucing, selain duku dan durian.
Hutan Damar
Sampai di Krui ibukota kabupaten Pesisir Barat, kami berbelok masuk ke arah hutan damar yang masuk wilayah pekon (desa) Pahmungan. Krui. Desa ini merupakan salah satu pusat penghasil damar yang memiliki luas hutan damar 2.500 hektar. Tadinya saya berpikir bahwa hutan damar ini adalah hutan alami yang dikelola oleh masyarakat Pesisir Barat. Ternyata hutan damar atau biasa diseput repong damar oleh masyarakat, adalah sebuah agroforest yang dikembangkan oleh masyarakat dari tahun 1829 di jaman kolonial Belanda.
Muncul pertanyaan kenapa repong damar ini masih terjaga dan masih dilestarikan oleh masyarakat sampai saat ini. Selain nilai ekonomis getah damar mata kucing, warga menjaga hutan damar karena merupakan peninggalan leluhur, bahkan beberapa warga takut kualat kalau menebangnya. Kalaupun ada yang ditebang hanya yang berusia cukup tua dan hanya untuk kepentingan tertentu seperti membangun rumah.
Tidak susah untuk mencari hutan Damai setelah sampai di desa Pahmungan, tetapi kami memilih untuk tetap bertanya kepada seorang ibu yang sedang duduk-duduk di teras rumah. Ibu tersebut menyarankan kami untuk ditemani oleh seorang guide local agar ada yang bercerita dan bisa tidak tersesat.
Tidak menyangka sudah ada guide di sini, kami bisa langsung ke lokasi-lokasi yang sedang ada kegiatan panen damar. Benar saja, tidak lama setelah memasuki repong damar kami sudah bertemu dengan seorang yang sedang bersiap-siap memanjat pohon dengan bantuan seutas anyaman rotan berbentuk lingkaran. Rotan itu digunakan untuk menahan badannya saat memanjat dengan sandaran batang pohon. Sebuah atraksi memanjat pohon damar yang menarik untuk direkam.
Pulau Pisang, Potensi Wisata Pesisir Barat
Dari Krui, kami menuju Pulau Pisang. Ada dua pintu masuk menuju pulau Pisang, yang pertama melalui pelabuhan Koala Krui dan melalui pantai Tebakak. Perahu dari Krui hanya ada di pukul 6 pagi, naik perahu langsung dari dermaga Koala. Sedangkan di pantai Tebakak pukul 2 siang, naik perahu dari pantai sambil merelakan kaki kita basah sampai ke lutut. Dari Krui membutuhkan waktu 1 jam, sedangkan dari Tebakak hanya 30 menit.
Semua tas digantung di tiang perahu agar tidak terkena cipratan dari deburan air laut yang menghempas pantai. Semua penumpang diatur duduknya oleh kru kapal agar tidak terjatuh saat perahu meninggalkan pantai. Jantung berdegup kencang bagi yang pertama kali menyeberang ke pulau Pisang. Selesai telepas dari deburan ombak pantai perahu mulai diombang-ambing gelombang setinggi 0,5 meter. Nahkoda terlihat cekatan bermanuver membelah ombak yang datang dari samping. Sore itu di pulau kami sudah bermain di tepi pantai, dan ada yang ikut melompat dari dermaga bersama anak-anak pulau.
Pulau Pisang secara administratif masuk kecamatan Pulau Pisang dan mempunya 6 pekon (desa). Pulau ini sangat dipengaruhi oleh Samudera Hindia, ombak yang menghantam pulau sangatlah kuat. Hanya pantai di bagian Utara yang menghadap daratan yang paling aman.
“Hampir tiap hari ada wisatawan asing datang ke pulau ini, biasanya datang pagi pulang sore. Ada yang hanya ingin santai ada yang ingin surfing di sekitar pulau yang mempunyai ombak bagus. Kalau ada penginapan yang layak bisa jadi mereka mau menginap,” terang bang Joni salah satu warga di pekon Pasar, Pulau Pisang, yang menjadi tuan rumah kami.
Bang Joni bercerita, pulau Pisang menjadi jalur perlintasan lumba-lumba. Setiap datang dari pelabuhan Koala kita bisa berjumpa dengan rombongan lumba-lumba sebelum sampai di pulau. Memang tidak sebanyak lumba-lumba di sekitar teluk Kiluan, namun sudah cukup menghibur wisatawan yang ingin melihatnya dari dekat. Rejeki tak akan lepas kalau memang sudah jodohnya, keesokan pagi diajak oleh bang Joni naik perahu fibernya untuk ‘berburu’ lumba-lumba.
Tiga puluh menit pertama dihinggapi rasa bosan berada di atas perahu seoalah tanpa hasil berjumpa lumba-lumba. Bang Joni dengan sabarnya menyusuri perairan di dekat daratan Sumatra, lalu menjauh lagu ke arah tengah. Di sana masih ada beberapa nelayan yang sedang menangkap ikan tongkol. Nelayan-nelayan itu sudah faham kalau kami sedang dalam misi pengejaran lumba-lumba. Dia memberi kode ke bang Joni untuk mengarahkan perahunya ke arah yang dia tunjuk. Benar, ada sekitar sepuluh lumba-lumba berenang berputar seperti akan menjebak ikan yang sudah dia incar. 10 menit perahu mengikuti pergerakan lumba-lumba sampai akhirnya menghilang.
A photo posted by Keliling Lampung (@kelilinglampung_) on
Agak jauh terlihat seorang nelayan memberi kode ke kami untuk mendekat. Sekali lagi kami berjumpa dengan satu rombongan lumba-lumba yang berloncatan mengikuti perahu nelayan. Melihat lumba-lumba langsung di habitat aslinya, melahirkan kekaguman dan kebahagiaan yang luar biasa. Apalagi bisa merekamnya menjadi beberapa foto yang bisa ditunjukkan ke keluarga di rumah dan kawan-kawan di kantor sepulang nanti.
Kembali ke pulau, kami menyewa tiga motor. Rp. 50.000 per hari, rasanya pantas untuk harga sewa di pulau yang jauh dari Bandar Lampung. Berkeliling pulau ke beberapa pantainya yang indah. Ada yang berpantai pasir dan ada yang berkarang. Di satu sisi pulau yang dinamai oleh penduduknya dengan Pantai Kuta, kami menemukan karang-karang bolong yang unik, berasa ingin berendam di dalamnya. Ademkan badan dari panas sinar matahari. Sedangkan kalau ingin mandi di laut disarankan hanya di sekitar dermaga saja karena ombak yang paling aman ada di bagian ini.
Demikian tulisan saya mengenai hutan damar (repong/khepong damar) dan Pulau Pisang. Mudah-mudahan bisa menjadi referensi kamu tentangย tempat wisata di Lampung, khususnya mengenai wisata Pesisir Barat ๐
Duh! Racun lagi….. ๐
Btw keren banget mas dimuat di inflight magazine (y) Selamat yaaa ๐
sengaja biar teracuni ๐
segeralah wujudkan perjalanan ke Pulau Pisang…segera…segera….
yuk kita agendakan..
Tinggalkan jejak ahh
terima kasih kakak ๐
wah wisata lampung banyak juga ๐
Masih banyak yang belum dieksplorasi juga, peluang buat tulisan ๐
Pantainya cantik banget. Saya baru tau ada lumba2 yang bisa diliat di Lampung selain Teluk Kiluan. Btw selamat sudah dimuat tulisannya, Bang.
Ada, walau tidak sebanyak di sekitar Teluk Kiluan.
Terima Kasih mbah Izzah ๐
Duh baru baca detail kata per kata, kalimat per kalimat, tetap saja takjub meskipun waktu di mobil kemaren sudah baca tetap saja tulisan dan kisahnya memukau. Cakep banget ih pulau Pisang. Dan juga langsung jatuh cinta sama hutan damarnya.
Pingin lho ajak kawan-kawan ke pulau Pisang. bakal seru jalan-jalannya.
kemaren baca2 sekitar lampung diteluk kiluan yang ada lumba2nya…nah nah sekarang di pulau pisang pung ada lumba2 yang berenang bebas ?? saya kumpulin dulu lah spot2 yang saya pengen kunjungi kalo saya diberikan kesempatan ke lampung….
Iya, dua2nya ada lumba2. Jarak dan waktu tempuhnya aja yang beda ๐
Foto-fotonya selalu menarik Mas Yofie. Bikin hati daku tertambat, minta ditarik ke sana…hahaha
Kapan nih main2 ke Lampung? ๐