Jajaran bebatuan karang terhampar megah di Pantai Pegadungan. Tetap berdiri kokoh kendati dihempas ribuan kali kerasnya deburan ombak yang datang setiap harinya.
Batuan besar terdekat yang bisa kita naiki berjarak sekitar 30 meter dari tepian pantai. Sedangkan di tengah laut, sekawanan lumba-lumba tampak berenang beriringan. Menyambut para pelancong dengan liukan dan lompatan. Keduanya, Batu Layar atau dikenal dengan nama ‘Gigi Hiu‘ dan lumba-lumba, bisa kita temukan di kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
Tulisan ini bisa dibaca juga di majalah Xpressair edisi 08, September 2016. Seperti biasa, saya bahas pariwisata Lampung, khususnya dua tempat wisata di Lampung yang ada di kabupaten Tanggamus. Ekowisata Teluk Kliuan dan Gigi Hiu di pantai Pegadungan. Simak ya..
The Majestic & Mystical of Gigi Hiu
Megah dan mistis, itu hal yang saya rasakan setiap memandang gugusan karang yang pucuk-pucuknya tajam seperti susunan gigi hiu ini. Begitu megahnya bebatuan karang ini tersusun dan terbentuk oleh deburan ombak selama ratusan tahun, bahkan mungkin ribuan tahun. Memandangnya membuat emosi kita seakan menyatu dengan Sang Pencipta. Seakan kita sengaja datang untuk mengasingkan diri menikmati keagungan-Nya. Pertama kali datang di tahun 2011 bersama rekan fotografer Lampung Budhi Marta Utama, kami sungguh terpana dan tak sanggup berkata-kata. Hanya mengaguminya tanpa mengeluarkan kamera dan memotret sama sekali.
Di tengah perjalanan menuju Gigi Hiu, kita bisa berhenti sejenak di jembatan Way Balak (Kali Besar). Di musim kemarau kali ini tetap mengalirkan air dengan deras. Jernihnya air membuat kami ingin memasukkan tubuh lelah ke dalamnya dan berendam sejenak. Di beberapa titik kita bisa melihat pantai dan karang-karang besar di tepi pantai. Ingin banyak berhenti, waktu terbatas yang membuat kami terus melanjutkan perjalanan.
Pegal sekujur tubuh setelah menempuh satu jam perjalanan dari dusun Kiluan Negeri sudah tak terasa lagi. Sudah lupa dengan tanjakan dan turunan curam yang memaksa kita berpegangan erat setengah memeluk pengendara ojek. Was-was motor tergelincir dan terjatuh berganti dengan sukacita karena berhasil menempuh jalur berat dan sampai di suatu tempat yang masih jarang didatangi banyak orang. Tiba di lokasi melihat ada 30 pengunjung lain di tempat seperti ini sudah terasa ramai sore itu.
(Sudah baca ini? : 40 Tempat Wisata Menarik di Lampung )
Turun dari ojek yang kami sewa dari dusun Kiluan Negeri, masih harus berjalan 200 meter untuk mendekati gugusan karang yang saat ini lebih dikenal dengan julukan ‘Gigi Hiu’ daripada nama aslinya, Batu Layar Pantai Pegadungan. Menyusuri pantai dengan bebatuan bulat dan karang-karang licin, langkah kami dipaksa untuk berhati-hati agar tidak tergelincir. Seratus meter terakhir kami menyusuri jalan setapak yang dibuka oleh warga lokal. Tiba di lokasi kami menjumpai pantai berbatu dengan sedikit pasir. Melihat ke arah laut, gugusan batu karang ‘Gigi Hiu” berdiri megah dengan iringan suara deburan ombak yang sungguh membuat hati bergetar mengaguminya.
Kombinasi karang-karang yang megah dengan deburan keras ombak jelas menjadi sebuah scene yang fotogenik. Terlebih susunan karang tak beraturan yang sedikit kemerahan terkena sinar matahari sore, membuat semua pengunjung hanyut dengan suasanan keindahan.
Tidak sulit sebenarnya untuk mencapai Batu Layar Gigi Hiu di Pegadungan. Beberapa kawan seringkali menggunakan motor pribadi berangkat dari Bandar Lampung. Mengendarai sendiri kendaraan roda dua lebih mudah bagi beberapa orang daripada dibonceng pengendara lain. Selain itu waktu tidak menjadi masalah, bisa datang dan pergi sesuka hati tergantung keperluan foto. Tidak seperti datang dengan ojek yang membuat kita mengikuti jadwal yang sudah disepakati.
Bagi para fotografer yang serius dengan fotografi lanskap biasanya memilih untuk menginap beberapa hari di pantai Pegadungan menggunakan tenda dan ditemani fotografer lokal Lampung. Biasanya mereka menghabikan waktu tiga hari dua malam untuk mendapatkan hasil foto maksimal suasana pagi dan sore. Menghindari hujan yang tidak menentu datangnya, dianjurkan untuk datang di musim kemarau. Cuaca cerah membuat kita tidak kawatir akan turun hujan selain foto akan terhias dengan adanya langit biru.
Sebelum gelap datang, kami semua sudah bersiap-siap kembali ke Teluk Kiluan. Sementara beberapa fotografer yang ternyata dari negara tetangga kita masih sibuk dengan peralatannya, dibantu oleh abang ojek yang merangkap sebagai guide dan porter. Jauh-jauh datang tentu tidak mau pulang dengan hasil seadanya. Pilihan menginap di tenda dengan membawa makanan secukupnya dari kota Bandar Lampung merupakan pilihan tepat bagi mereka. Siapa tahu hasil fotonya bisa dipajang di beberapa pameran. Seperti foto-foto yang mereka lihat di pameran besar internasional yang mengilhami mereka untuk datang ke pantai Pegadungan ini.
Teluk Kiluan
Melihat lumba-lumba bisa dari pantai mana saja sebenarnya. Namun yang membuat banyak wisatawan datang ke Teluk Kiluan adalah karena adanya Pulau Kelapa dengan pantainya yang putih bersih dan masih alami. Selain pasir yang lembut, beberapa pantai yang memiliki sunset view juga memiliki spot snorkeling walau tidak seindah di tempat lain di Lampung.
Mengusung Ekowisata Teluk Kiluan, warga Pekon/Desa Kiluan Negeri menawarkan jasa penginapan homestay dan jasa tur lumba-lumba dengan menggunakan jukung/perahu dengan ujung melancip ke atas. Warga yang memiliki pantai membangun cottage sederhana namun bersih secara swadaya dan swadana. Sebagian besar lainnya, menyulap kamar tidur dan kamar mandinya sehingga layak untuk diinapi oleh wisatawan. Atraksi utama teluk Kiluan adalah melihat lumba-lumba di habitat aslinya. Pantai berpasir putih dan kegiatan snorkeling menjadi daya tarik tambahan saja di teluk kecil ini.
Melepas lelah setelah dari Pantai Pegadungan, malam itu kami menikmati suguhan makanan segar ikan tongkol yang banyak tersedia di sekitar teluk. Ditemani semilir angin yang bertiup di antara pepohonan yang rindang, menu sederhana ikan goreng, sambal, dan sup ikan terasa begitu nikmatnya. Duduk menghadap laut dengan kaki dibenamkan ke dalam pasir pantai, secuil kenikmatan surgawi yang bisa kita rasakan luar biasa di sini.
Beberapa kali berkunjung, biasanya saya bertanya kepada tuan rumah apakah mereka bisa menyiapkan menu yang tidak biasa disajikan. Di musim tertentu kita bisa menikmati cumi segar di Teluk Kiluan. Saat angin teduh dan nelayan banyak yang ke tengah laut, bisa saja kita menikmati guruhnya ikan Lemadang atau dikenal juga dengan ikan mahi-mahi. Malam itu keberuntungan kami bisa menikmati ikan bakar kakap merah yang gurih dan segar. Tentu saja kita membayar lebih untuk menu ini. Seratus sampai dua ratus ribu dibagi rata enam sampai dua belas orang, masih terjangkau bukan.
Dolphin Tour
Nyenyak tidur di dalam cottage sederhana setelah lelah ke Gigi Hiu dan makan malam yang nikmat, setelah subuh kita sudah bersiap-siap untuk ke tengah laut. Hangatkan badan dengan menyeruput teh atau kopi hangat yang disediakan tuan rumah. Isi perut secukupnya dengan snack yang kami bawa masing-masing. Kami sepakat akan sarapan sesudah tur lumba-lumba selesai.
(Baca ini: Keseruan yang Bisa Dilakukan Sebelum Menuju Teluk KIluan)
Satu jukung/perahu diisi maksimal tiga orang, perlahan-lahan kami menjauhi teluk Kiluan. Mengarah ke arah Tenggara, di kejauhan nampak samar-samar Anak Krakatau dan Krakatau Tua. Bersamaan dengan kami, belasan jukung lain dengan penumpang mengenakan jaket pelampung bewarna oranye membelah ombak dengan arah yang sama. Tujuannya sama ingin melihat rombongan lumba-lumba melintas dan berlompatan.
Pagi adalah waktu yang sangat disarankan untuk tur lumba-lumba. Di tengah laut di bawah terik matahari bisa membuat kita tidak tahan terpampang panas sinar matahari. Kalaupun terkena, masih sinar matahari pagi menyehatkan. Jaket pelampung jadi keharusan bagi semua wisatawan baik yang mahir berenang maupun yang tidak. Percayakan pada nelayan yang memegang kemudi perahu. Mereka sudah mendapat pengarahan mengenai keselamatan penumpang dari Kelompok Sadar Wisata Teluk Kiluan. Di saat cuaca memburuk, tanpa diminta mereka akan balik arah kembali ke dalam perairan teluk yang tenang.
(Baca ini juga ya: Teluk Kiluan, Tempat Wisata Seru di Lampung)
Setelah satu jam berlalu kita bisa saja bertemu dengan kawanan mamalia laut yang terkenal cerdas itu. Beberapa tamu bercerita tidak perlu satu jam untuk bertemu kawanan lumba-lumba. Sebagian lagi mengaku hanya melihat sedikit lumba-lumba. Dan sebagian lagi bercerita sama sekali tidak bertemu. Ini yang menjadi tantangan kita saat berwisata di alam bebas tidak seperti melihat atraksi yang ada di kebun binatang. Hewan di alam liar tidak bisa kita ajak janjian bertemu. Beberapa kali mencoba peruntungan, dua kali saya melihat ratusan bahkan mungkin ribuan lumba-lumba mengiringi jukung yang saya naiki. Sampai bingung mau melihat dan memotret yang mana. Tetapi sempat dua kali juga sama sekali tidak melihat lumba-lumba melintas.
Jika tidak menjumpai lumba-lumba, kita bisa hibur diri dengan mampir di Pulau Kelapa dan bermain di pasirnya yang putih dan lembut. Atau bisa juga datangi Laguna Gayau yang berada di balik bukit dusun Bandung Jaya. Tiga puluh menit trekking menaiki dan menuruni bukit. Lalu melipir di bebatuan karang di tepian pantai sampai menemui sebuah ceruk yang terisi air laut yang terjebak di dalamnya. Berasa di sebuah kolam alami nan indah, kita bisa berendam atau foto-foto sampai menjelang siang.
Menurut saya dan kawan-kawan kalau ingin menikmati keindahan dan atraksi alam yang sedikit berbeda, Teluk Kiluan dan Gigi Hiu di Pantai Pegadungan sudah cukup bagus dan menyenangkan. Salah satu tempat wisata indah di Indonesia. Bisa ajak keluarga ataupun kawan-kawan satu kantor. Pilih agen perjalanan yang sudah biasa membuat paket wisata Teluk Kiluan. Atau bisa juga pergi dengan membawa kendaraan sendiri. Sangat dianjurkan memakai guide lokal sangat mendatangi beberapa spot. Ikuti saran dan petunjuk warga lokal. Jangan paksakan diri jika cuaca tidak memungkinkan. Jalan-jalan itu penting, namun keselamatan jauh lebih penting lagi 🙂
NB:
Majalah Xpressair Edisi 08, September 2016
Masya Allah indahnya Lampung ya, aduuuh bikin mupeng lihat lumba2, Bang. Tulisannya bagus deh
kapan2 Tapis Blogger kopdar di kiluan yuk..
Selamat Bang Yopie. Keren tulisan & fotonya. Cita-cita saya pengen bawa anak melihat lumba-lumba berenang bebas, bukan cuma lumba-lumba di pertunjukan.
Btw ternyata ikan mahi-mahi begitu bentuknya & ada juga di Indonesia. Selama ini cuma dengar di acara masak aja, namanya unik he he.
Terima kasih mbak Heni.
Lihat lumba-lumba di habitat aslinya itu benar-benar beda dibanding lihat di pertunjukan.
Di sekitar Kiluan banyak sekali ikan itu. ukuran 7 kg bisa keroyokan untuk 10an orang.
udaah pernah saya kesini bang, keren euy
ayo kapan kemari lagi, rame2 bareng Tapis Blogger.
modelnya yang di Gigi Hiu itu ganteng banget deh om. Kenalin dong. wakakakakakaka
iya tuh, modelnya kece…! 😀
Duh jadi malu 😀
Suaru hari perlu ekplore pesona lampung. Bakal banyak banget yang bisa ditulis wisatanya.
Ayo ke Lampung kak, turun dari kereta tinggal jalan kaki ke rumah. deket kok.
Iya…ayo ke Lampung.
Mau ke Kiluan lagi, lihat lumba-lumba.
ayo kakak, langsung capcus lah…
Berangkat!!
Uwaw.. kangen sama kiluan nih, belum kesampaian ke gigi hiu sama liat atraksi lumba-lumbanya. Mupeng.
ayo berangkat bareng kita…
waah ternyata kiluan menarik banget ya mas.. tapi perjalanan ke gigi hiu itu.. hiks..
saya akan sangat senang ketika disajikan sate gurita.,jadi bukan hanya cumi mas #request :))
Jadi ingat sate gurita yang ada di Sabang 😀
pingin banget lho ajak Yudi jalan2 di Lampung…
langit pink dan lumba-lumba..indahnya perjalanan hidup..
iya, proses perjalanan..
Pertama kali liat foto gigi hiu ini saat blogger kepri Mbak Dian radiata, upload fotonya saat berkunjung kelampung..sejak saat itu, hati saya kok menggebu gebu pengen kesana liat langsung pantainya…Aduh mas Yopi..doain saya yah bisa menjelajah lampung…mulai jatuh cinta ni sama wisata disana….hehehhe
ayo kak main-main ke Lampung. Banyak yang bisa dijelajahi..
Yakin mas saya salut banget sama hasil fotonya, Amazing, funtastic, nice,
Panoramanya keren banget mas.. Saya ajarin dong maaasss… hehe..
trims kakak 🙂
kerennya gigi hiu dan teluk kiluan, kalo kesini musti bawa kamera bagus, sayang pemandangan secakep ini bang klo nggak disupport sama kamera yg mumpuni,sayang pink belum punya kamera DSLR
Yang penting hasilnya bagus dengan kamera yang ada. Kamera terbaik itu adalah kamera yang sedang kita bawa, menurutku 🙂
akses jalan ke sana sekarang gimana, om?
masih berapa lama kalau dari pangkalan yonif 9?
dari dulu ada rencana mau ke sana tapi belum kesampaian, hehehehe. ^,^
masih banyak jalan yang ga bagus, tapi lebih baik lah daripada 2-3 tahun lalu. Mungkin tahun depan sudah lebih banyak jalan bagusnya, karena saat ini sedang dilakukan perbaikan jalan secara bertahap.
Hi Pak Yopie,
Bagaimana menghubungi photographer lokal di pantai gigi hiu? Saya ada keinginan foto2 disana untuk sunset dan sunrise , tetapi masih belom tau aksesnya dari bandara Raden Inten.
Terima kasih.