Tanjungpinang, Negeri Seribu Kedai Kopi

kedai kopi ria - tanjungpinang - yopie pangkey 1
Kedai kopi Ria, di jalan Bintan.
kedai kopi ria - tanjungpinang - yopie pangkey 2
Cangkir seperti ini bisa ditemui di seluruh kedai kopi di Tanjungpinang lho…

Tidak hanya kamu muda, yang tua, pria, wanita, dan semua lapisan masyarakat menjadi tanpa sekat saat bertandang ke kedai kopi di Kota Tanjungpinang. Satu kebiasaan yang menjadi budaya turun temurun masyarakat Melayu Sumatera. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan di kedai kopi, selorohan yang umum didengar kalau kita datang ke kota-kota yang memiliki banyak kedai kopi.

Belum datang ke suatu kota kalau belum mampir di kedai kopinya

Dalam satu kesempatan saat berseloroh di media sosial, sempat terucap oleh saya terilhami dari beberapa ungkapan yang pernah saya dengar sebelumnya. Belum datang ke suatu kota kalau belum mampir di kedai kopinya. Saya sadar bahwa tidak semua kota memiliki kedai kopi merakyat yang khas. Yang saya maksud di sini adalah kota-kota Melayu yang ada di Kalimantan dan Sumatera. Seperti Banda Aceh, Medan, Batam, dan Tanjung Pandan. Tak luput Tanjungpinang, Kota Seribu Kedai Kopi, yang ternyata saya kunjungi di pertengahan bulan September 2016.

Bahkan ada yang bilang, bahwa kedai kopi itu wajib hukumnya di kota-kota Melayu. Di sana sebagian warganya rutin datang ke kedai kopi pagi-pagi tanpa sarapan terlebih dahulu di rumah. Para pelanggan tetap bahkan memiliki kursi dan meja favorit. Kita bisa temui orang yang sama di meja yang sama setiap pagi. Hal ini sudah saya saksikan sendiri saat bekerja dan tinggal di Banda Aceh selama empat tahun. Dan sepertinya kebiasaan ini ada juga di kota Tanjungpinang.

Semua orang yang datang ke kedai kopi terbiasa saling sapa. Tidak ada marah saat pengunjungl lain menyenggol tubuh kita tanpa sengaja ataupun menumpahkan kopi di meja kita. Semua pengunjung seakan saling kenal dan tidak mengganggu meja favorit masing-masing. Sebuah budaya unik yang tidak saya jumpai di kota saya berasal.

Kedai Kopi Bintan Indah 99, Tanjungpinang. #theta360 – Spherical Image – RICOH THETA

(Kamera menggunakan: Ricoh Theta S yang bisa dibeli di FocusOne)

Banyak Pilihan Kedai Kopi di Tanjungpinang

Belum banyak kedai kopi yang saya coba di Kota Tanjungpinang. Kedai pertama yang saya datangi adalah Kedai Kopi Bintan Indah 99 yang terletak di jalan Pos sesaat setelah sampai di dermaga pulang dari Pulau Penyengat.Di situ saya dan kawan-kawan selain minum kopi juga menikmati salah satu kuliner khas Tanjungpinang, sup ikan.

(Baca juga Pulau Penyengat, Menyelisik Peninggalan Kerajaan Melayu)

Ada banyak pengunjung siang itu. Di satu meja terlihat rombongan wisatawan mancanegara bercanda dengan warga lokal yang menemani mereka. Di samping saya ada dua karyawati yang menikmati secangkir kopi dan segelas es jeruk. Di meja-meja lain Nampak sibuk dengan makanan masing-masing. Di semua meja ada segelas kopi dengan cangkir berbentuk dan bewarna unik.

kedai kopi ria - tanjungpinang - yopie pangkey 1
Kedai kopi Aneka Ria, di jalan Bintan.

Kedai kopi kedua yang saya datangi adalah kedai kopi Ria yang terletak di jalan Bintan. Satu jalan sempit satu arah yang menawarkan beberapa kuliner khas Tanjungpinang termasuk kopi. Di dekatnya ada Kedai Aneka Ria yang menyediakan “mi lendir”, mi kuning berkuah dengan bahan kacang, gula merah dan tepung terigu. Setelah sarapan Mie lendir, saya lanjut dengan menyeruput kopi sambil berbincang-bincang tentang pariwisata Tanjungpinang dengan beberapa rekan.

Kedai kopi ketiga adalah Kedai Kopi Aman di jalan DI Panjaitan. Rekan-rekan di Tanjungpinang sangat sarankan saya untuk mampir di sini. Menempati lantai dasar dari dua ruko yang digabungkan, kedai kopi aman menyediakan banyak meja dan kursi yang berhimpitan. Malam itu setelah jalan berkeliling ke beberapa destinasi di sekitar Tanjung Pinang, saya sempatkan seorang diri datang ke Kedai Kopi Aman.

Kedai Kopi Aman, di jalan DI Panjaitan, Tanjungpinang. #theta360 – Spherical Image – RICOH THETA

Terbiasa dengan kedai kopi di beberapa kota, membuat saya tidak canggung saat memasuki kedai kopi di Tanjungpinang. Semua yang duduk bisa jadi memerhatikan kita dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sambil dalam hati menebak-nebak saya ini turis dari mana dan sedikit mendoakan mudah-mudahan perut saya kuat dengan kopi yang ‘strong’ yang biasa mereka konsumsi.

Setelah menyapa beberapa orang yang duduk di dua meja di bagian luar ruko, saya memilih meja di bagian tengah. Memesan sepiring nasi goreng dan pastinya secangkir “kopi O”. Kopi O, sebutan untuk kopi hitam panas di Tanjungpinang.

Cangkir Kopi Unik

Menariknya di tiga kedai kopi itu, semuanya menggunakan cangkir kopi yang serupa bentuk dan warna. Seakan kompak untuk menjaga budaya minum kopi ini secara bersamaan. Menguatkan pendapat bahwa kedai kopi merupakan pusat interaksi sosial yang berlaku di kota ini. Sebuah tempat berkumpul, bertukar cerita, menulis, membaca surat kabar, atau sekedar menghabiskan waktu bersama kawan-kawan dekat.

Mau mencoba wisata kedai kopi? Bisa datang ke kota Tanjungpinang.

(Dimuat di inflight magazine Xpressair Edisi 09, Oktober 2016)

xpressair-inflight-mag-pulau-penyengat-oktober-2016-1

tanjungpinang-negeri-seribu-kedai-kopi-xpressair-yopie-pangkey

 

Related posts

10 comments

  1. Mas Yo, di kampung saya juga banyak warung kopi atau disebutnya kedai kopi di sana. Bapak-bapak sebelum berangkat ke pasar atau ke sawah biasanya mampir dulu di kedai kopi untuk sarapan yakni minum kopi ditemani dengan ketan dan pisang goreng. Tidak ada perempuan pengunjung kedai Kalau di kampung saya kecuali saya yang sesekali datang untuk memenuhi rasa ingin tahu kalau sedang di kampung.

    Fenomena warung kopi tingkat warung ini sangat menarik. Dari sini seperti masih bilang diatas beredar informasi dari akar rumput 🙂

    1. Bener bu Evi, di beberapa tempat hanya bapak-bapak yang datang ke kedai kopi. Jarang sekali ibu2 yang datang. Tiap aku bepergian yang aku cari pertama itu kedai kopinya. Di situ kita bisa dapet info2 menarik dari warga setempat 🙂

Comments are closed.