Pulau Pisang – Sudah lama sekali tidak berkunjung ke Pulau Pisang Pesisir Barat, Lampung. Makanya saat ada yang usul untuk mendatanginya, saya sangat semangat. Padahal saat itu tidak ada dalam daftar yang saya buat dan usulkan.
Biasanya selalu luangkan waktu 3 hari, kali ini saya coba lakukan kunjungan satu hari. Sebuah tempat cantik yang sudah menjadi salah satu tempat wisata di Lampung yang patut kamu datangi.
Kalau boleh dibilang sih, Pulau Pisang itu salah satu tempat wisata di Indonesia yang indah, tempat wisata yang wajib dikunjungi. Tempat wisata indah di Indonesia itu banyak, tapi saya nekad di sini berani bilang Pulau Pisang itu salah satunya.
Memang sih belum ada apa-apanya. Ga ada cottage memadai, ga ada penginapan ber-AC, listrik sangat terbatas. Yang ada hanya homestay yang bisa disewa dengan harga terjangkau, pemandangan bagus, lumba-lumba di sekitar pulau, dan kuliner khasnya yang mantab.
Namun itulah keunikannya. Masih tidak ada apa-apa, masih alami, dan masih sedikit yang datang.
Yuk simak aja ceritanya..
Selamat Pagi Tanjung Setia
Masih bersama kawan-kawan dari Traveloka yang sedang meliput beberapa tempat wisata di Lampung. Pagi itu, Kamis (20/10/2016), kami sudah bangun dan bersiap-siap berangkat di Djabung Resort, sebuah penginapan di pantai Tanjung Setia, Pesisir Barat.
Sarapan sudah disediakan oleh pihak resort yang harganya terjangkau kantong Wisatawan Nusantara. Nasi goreng, mie goreng, telur mata sapi, dan tempe goreng. Serba goreng. Dan tentunya ada teh manis buat kawan-kawan dan segelas kopi buat saya.
(Baca cerita sebelumnya di: Mengejar Sunset di Pesisir Barat Lampung)
Tak mau berlama-lama pagi itu agar bisa cepat ke Pulau Pisang pulang pergi, selesai habiskan kopi dan teh serta foto-foto secukupnya kami segera naik mobil dan meluncur ke Pelabuhan Kuala Stabas di Krui, ibukota Kabupaten Pesisir Barat.
Pelabuhan Kuala Stabas
Tiba di pertigaan yang terdapat tugu tuhuk (tugu ikan blue marlin), kami berbelok ke kiri. Ikuti jalan menuju dermaga Kuala Stabas. Suasana tampak lengang Kamis pagi itu.
Sebelum sampai dermaga saya telpon pemilik perahu yang akan antar kami ke Pulau Pisang, kami pun diarahkan untuk parkir mobil di tempat yang menurutnya aman. Aman maksudnya ga susah nantinya kalau mau keluar pulang.
Soal keamanan, saya masih percaya dengan yang namanya wilayah Pesisir Barat ini. Kalau melintas malam ga usah kawatir dengan yang namanya kriminalitas. Kudu hati-hati aja dengan sapi yang tidur di tengah jalan mencari kehangatan aspal. Jangan sampe nabrak 😀
Mari Bersenang-senang ke Pulau Pisang
Pukul 07:00 perahu sudah keluar dari pelabuhan yang terlindungi dari gelombang Samudera Indonesia oleh susunan beton memanjang. Perahu yang bisa memuat sampai sekitar 10 (sepuluh) orang penumpang ini terasa cukup ringan hanya membawa 4 (empat) penumpang ditambah 2 (dua) kru kapal. Keluar dermaga kapal langsung tancap gas mengarah ke Pulau Pisang.
Ada kalanya saya kawatir dengan ketiadaan pelampung di atas perahu. Ada kalanya saya cukup yakin dengan keamanan perahu walau tidak ada pelampung.
Mempertimbangkan beberapa hal, saya meyakinkan kawan-kawan semua aman. Sambil celingak-celinguk lihat awan di atas dan merasakan kecepatan dan arah angin.
Dua puluh menit berlalu tanpa ada yang bisa difoto. Sempat sih motret beberapa perahu nelayan, tapi cuma sebentar saat belum jauh dari dermaga.
Lumba-lumba Bermunculan
Tiba-tiba (pukul 07:20) pemilik perahu teriak kepada kami, ada lumba-lumba di arah sebelah kiri. Sontak saya palingkan muka mencari sirip-sirip khas lumba-lumba di permukaan. Belum terlihat. Ada kesempatan beberapa detik untuk mengeluarkan kamera yang sudah terpasang lensa tele 70-200 mm. Berharap dan berdoa banyak bisa mendapatkan foto-foto bagus pagi ini.
Tidak lama, lumba-lumba pun bermunculan. Semua asik dengan kamera HP dan DSLR masing-masing. Saya langsung berdiri sambil memegang tiang depan perahu. Semua pengaturan sudah dicek kembali, tinggal berharap dengan keberuntungan lumba-lumba terlihat dan bisa difoto.
Pernah sekali waktu ajak kawan-kawan ngopi ke Pulau Pisang. Saat itu kami melihat banyak lumba-lumba di sekitar Pulau Pisang. Seru dan nikmatnya melihat lumba-lumba di alam liar itu seperti nikmatnya orgasme. Sebentar namun benar-benar nikmat.
Kali ini pun seperti itu. Tidak banyak lumba-lumba yang muncul. Namun saat saya lihat muka kawan-kawan, mereka begitu sumringah. Sudah tidak merasakan lagi puyeng digoyang gelombang (gelombang cukup teduh pagi itu, hehe).
Semua teriak gembira dan tertawa puas. Sampai akhirnya lumba-lumba tidak muncul lagi. Menghilang di luasnya lautan Pesisir Barat.
Saya duduk kembali dan hidupkan display kamera. Ada beberapa foto kemunculan lumba-lumba. Hanya ada dua – tiga foto terbaik pagi ini. Tapi sayang, belum bisa saya tampilkan semua ya. Saya share foto beberapa tahun lalu saja yang sudah laku terjual 😀
Selamat Datang di Pulau Pisang Pesisir Barat
Saat ini Pulau Pisang, yang luasnya 148,82Ha, sudah menjadi satu kecamatan sendiri. Memiliki 6 (enam) desa, yaitu Pekon (desa) Labuhan, Pekon Pasar, Sukadana, Suka Marga, Pekon Lok, dan Bandar Dalam. Tiga di antaranya berada di bawah, di tepi pantai. Tiga lainnya di atas, lebih ke tengah pulau.
Pukul 07:40 perahu sudah mulai merapat ke arah pantai di dekat dermaga Pulau Pisang sisi Timur yang sudah tidak berfungsi lagi. Di bagian ini, Pulau Pisang menghadap ke daratan Sumatera. Memiliki pantai berpasir indah. Beberapa foto saya di pantai ini laris dicuri (tanpa izin tentunya) oleh banyak instansi dan perorangan, dan beberapa foto laris terjual dengan harga bagus 😀
(Posisi pantai yang memiliki pantai landai di Google Map)
Begitu menjejakkan kaki di pasirnya yang lembut, semua langsung sibuk dengan gayanya dan kameranya. Satu kesempatan langka bisa berada di pantai pulau yang lumayan jauh dari Bandar Lampung, apalagi Jakarta. Selesai foto-foto di pantai, lanjut foto-foto di atas dermaganya.
Keliling Pulau
Sebenarnya ga benar-benar keliling pulau pagi itu. Hanya berjalan kaki keliling satu – dua blok di pekon Pasar dan Labuhan. Ada sebuah Sekolah Dasar (SD) yang dibangun pada masa pendudukan Belanda yang masih berdiri sampai sekarang. SD tersebut tetap dijaga keberadaannya oleh warga pulau sampai saat ini. Sudah direhab beberapa kali, tanpa mengubah bentuk aslinya.
Selesai dari SD tersebut saya ajak kawan-kawan mendatangi rumah seorang kawan lama, Bang Joni. Beberapa kali datang ke Pulau Pisang saya hampir selalu menginap di rumahnya. Fasilitas seadanya ala desa di pulau yang jauh dari Bandar Lampung.
Semua kawan yang saya ajak selalu betah menginap ala kadarnya. Kawan dari Lampung, Jakarta, mancanegara, semua senang tinggal di rumahnya.
Bang Joni sedang memancing saat kami tiba. Namun istrinya yang terlebih dahulu mengetahui namun berada di Krui sudah kabari seorang keponakan yang menjaga rumah untuk suguhi kami dengan kopi, teh, serta gorengan. Tak lama menunggu, ada kakak ipar bang Joni yang rumahnya tidak berjauhan hampiri kami. Bu Intan Farida (56), kelahiran Agustus 1960, ibu dari 3 (tiga) anak dan nenek dari 5 (lima) cucu.
Saya jelaskan, selain ingin nikmati keindahan kami juga ingin melihat pengrajin kain sulam mas dan kain tapis yang ada di Pulau Pisang.
Kain Sulam Emas dan Kain Tapis
Yang saya tahu di pulau Pisang ini banyak pengrajin kain tapis dan sulam emas. Tidak ada sentra-sentra kerajinan seperti di daerah lain yang sudah tertata dan siap menerima wisatawan yang ingin menikmati dan merekam proses pengerjaan kain-kain itu.
Namun dengan sedikit ngobrol dan basa-basi dengan warga, kita bisa ditunjukkan rumah mana yang ada pengerjaan kain. Jangan ragu untuk mengajak ngobrol warga pulau.
Mereka terbuka kok dengan para pendatang, namun sedikit pemalu menurut saya. Tidak ada salahnya kan kita dulu yang menegur mereka. Selebihnya obrolan akan mengalir sendiri.
Termasuk saat kami mendatangi rumah bu Intan Farida yang ternyata juga sering menerima pesanan kain dari pembeli-pembeli luar pulau ataupun luar daerah.
Jadi kebanyakan para ibu di pulau itu baru akan membuat kain kalau ada pesanan dari luar. Jarang yang membuat baru menawarkan ke orang lain. Dan harganya pun lumayan mahal menurut kantong dan dompet saya 😀
Rumah kedua yang kami datangi adalah rumah ibu Erdalena (38), seorang wanita asli kelahiran Pulau Pisang dan bersuamikan orang Pulau Pisang. Di rumahnya kami melihat cara pembuatan kain tapis.
Mirip dengan di rumah bu Intan, di sini bu Erdalena juga menggunakan semacam meja khusus yang dibuat untuk pengerjaan kain.
Pulang dengan Senang
Pukul 10:00 saya berpamitan kepada bang Joni. Berjanji akan kembali lagi dengan mengajak banyak tamu sebanyak-banyaknya. Angin mulai turun berhembus, awan mendung sudah bergelantungan. Berharap melihat lumba-lumba lagi di perjalan pulang menuju pelabuhan Kuala Stabas. Namun hanya hujan dan percikan air laut yang membuat pakaian kami basah. Tapi muka-muka kami terlihat senang sekali, sudah bisa melihat lumba-lumba dan keindahan Pulau Pisang.
Cara ke Pulau Pisang
Jika menggunakan kendaraan pribadi kita bisa tempuh rute Bandar Lampung – Gedong Tataan – Gading – Pringsewu – Talang Padang – Gisting – Kotaagung – Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan – Bengkunat – Krui – Dermaga Kuala Stabas atau Dermaga Tembakak.
Di Kuala Stabas ada perahu regular menuju pulau Pisang setiap pagi. Kalau menggunakan Bus Krui Putra, kamu harus menginap dulu di Krui. Ada banyak penginapan murah di Krui.
Sedangkan di Tembakak biasanya di pukul 13:00 – 14:00. Pastikan kamu on-time kalau mau ke pulau. Atau alternatif lain, sewa perahu yang berkisar 500ribu – 800ribu.
(Ada beberapa Foto-foto Pulau Pisang saya di pencarian Google)
Banyak Keindahan di Pulau Pisang
Di tahun 2012 saya pernah posting tentang Pulau Pisang di blog www.kelilinglampung.wordpress.com. Seminggu setelah postingan itu, sebuah komunitas jalan-jalan di Jakarta langsung membuat opentrip dengan menggunakan foto-foto saya (hehe..).
Sebegitu indahnya Pulau Pisang sampai bisa menarik wisatawan untuk datang, walaupun mereka belum pernah sama sekali mendatanginya.
Banyak sekali tempat wisata di Indonesia yang indah, banyak tempat wisata yang wajib dikunjungi.
Pulau Pisang Lampung ini juga menyimpan banyak keindahan yang belum banyak orang melihatnya secara langsung.
Pantai berpasirnya dan gradasi warna lautnya yang menawan. Sejarah, budaya, dan kulinernya juga bisa kita nikmati.
Menjadi salah satu tempat wisata di Lampung favorit saya. Bisa menjadi salah satu daya tarik wisata Lampung yang masih terus berkembang kedepannya.
Lihat ikannya berenang-renang seru banget…. apalagi lihat ombaknya. Kawaii >_<
tidak sebanyak di sekitar teluk Kiluan. Bisa jadi alternatif buat lihat lumba-lumba.
Mantap, pesona yang indah, info yang lengkap dan semoga semakin banyak yang berkunjung serta semakin meningkatkan ekonomi kerakyatan disana.
Betul, yang penting perekonomian warga di sana bisa dapat pengaruh baik dari kunjungan2 wisatawan.
Dan kearifan lokal nya masih terjaga om dsana..
yoi yay. Mereka juga pemalu dan ramah. Asik diajak ngobrol juga.
keren bgt ya bro, Pulau Pisang. jadi pengen ke sana
ajak suami dan anak jeung…
Wuidih… Selama ini cuma tau kalo di Lampung lumba2 cima ada di Teluk Kiluan. Ternyata di Pulau Pisang juga ada, ya. Wah, makin bangga deh, jadi warga Lampung. Ada begitu banyak hal yang bisa dibanggakan dari Lampung. Keren, keren 🙂
Belum tempat2 lain yang masih belum kita eksplorasi. Masih banyak peluang untuk nulis tentang Lampung mbak Izzah 🙂
Kapan kami diajak ke Pulau Pisang Mas Yo? Huhu envy.
Cuti 1 minggu ya, baru kita kemari 😀
someday yaaa i ll be there tks buat penulis, goodjob!!
Ayo jeung kemari. Suasana pulaunya cocok buat nulis.
Tahun depan yaaaaaaaaa 🙂
cuti satu minggu, jangan lupa 😀
Keren banget ya Pulau Pisang, tempatnya indah banget jadi penasaran mau ke sana. Semoga suatu hari kelak. Lampung emang kece ya.
Aku harus menunggu 14 tahun baru kesampaian kemari. Mudah-mudahan kawan2 ga harus menunggu lama.
Next Destination deh, nunggu liburan yang agak panjang hehehe. Mudah-mudahan pertengahan Desember ini bisa berkunjung ke sini.
Ini pulau bisa bikin ketagihan orang yang datang. Siapin 3 hari buat kemari.
Iya om, di bulan Desember ada satu tanggal merah, hari senin, jadi bisa deh 3 hari liburan hehehe. Kalau angkutan umum gimana rutenya Om.
Ada bus Krui Putra dari terminal Rajabasa atau travel yg bisa antar jemput di rumah.
Ini dia pulau yang dulu mau diajakin buat dijelajahin ya om. Cakepnyaaa. Ada lumba2 pula. Mupeng om.
Lengkap kalau jalan-jalan ke arah sini. Dapet pantai, pulau, pegunungan, dll.
mau ke sana lagiiiiiii!!!
ayo berangkat lagi ke lampung. seminggu kalau perlu 😀
bagus ya pulau pisang tp ngeri naik kapal klo gak pake life jacket bang soalnya aku gak bisa berenang
Aku juga ngeri. Tapi ada beberapa pertimbangan yang buat aku berani naik kapalnya 🙂
Mantap banget.
Pesona Indonesia emang nggak ada habisnya.
ga cukup seumur hidup buat eksplorasi Pesona Indonesia ya 🙂
Om yopie kira2 butuh budget brp ya kalo ke pulau pisang dg mnggunakan moda travel dr bandar lampung ke lokasi?
budget meliputi: travel, naik perahu ke pulau, sewa homestay, makanan??
karena rencana akhir tahun mau ke sana, dan ini br pertama kalinya…
terima kasih.
travel/bus sekitar Rp 80ribu/orang.
sewa perahu ke pulau sekitar Rp 800ribu.
nikon 1 j5 gan?