Jalur Pendakian Kawah Ijen – Malam ini kita berangkat jam 12 malam, ga usah tidur. Begitu kira-kira kata-kata dari Mas Don Kardono dan mas Ebo. Seluruh Kawan-kawan Generasi Pesona Indonesia (GenPi) yang ikut antara lelah dan semangat mendengarnya. Sudah jauh-jauh datang ke Banyuwangi rugi lah kalau ga datang ke kawah Ijen yang memiliki Blue Fire (api biru) ini.
Terus terang saja, saya tidak tahu banyak tentang Gunung dan Kawan Ijen. Sejak turun dari pesawat sampai menjelang pergi ke Ijen, saya banyak membaca mengenai Kawan Ijen hasil mencari di mesin pencarian Google. Salah satu kalimat yang membuat saya ciut adalah, suhu di puncak Ijen di malam hari adalah 2 derajat celcius.
Selesai makan malam bersama Sego Tempong “Mbok Wah” di jalan Gembrung Bakungan, kami pun mencari toko yang menjual peralatan kegiatan outdoor. Selain jaket untuk menahan dinginnya cuaca, beberapa kawan juga membeli sandal gunung, kaus kaki, dan penutup kepala.
Daripada kedinginan, lebih baik bersiap-siap dari awal. Jadi atau ga jadi pergi, yang penting kita sudah siapkan perlengkapan. Jangan sampai salah kostum 😀
Oya, semua foto jalur pendakian saya ambil saat turun gunung. Di saat mendaki kondisi cahaya masih gelap, hanya diterangi sinar bulan purnama. Tabik…. 🙂

Kawah Ijen
Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi yang masih aktif. Letaknya berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Sekitar 33 kilometer dari Banyuwangi, dengan mobil ditempuh dalam waktu 1 jam.
Di tahun-tahun 2005-2006, saya sering sekali melihat foto-foto penambang belerang di Kawan Ijen. Kawan-kawan yang tergabung di komunitas fotografi online terbesar di Asia Tenggara, fotograferdotnet, sering berbagi foto-foto Kawah Ijen.
Dan sekarang Kawah Ijen sudah menjadi salah satu tempat wisata di Banyuwangi. Banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.
Sekedar info, Ketinggian Tepi kawah 2386 meter dan Danau Kawah 2145 meter. Jadi kalau mau melihat Blue Fire dari dekat, kita harus menuruni lereng kawah setinggi sekitar 200 meter. Berjalan di jalan setapak sejauh sekitar 800 meter dari tepi kawah ke tepi danau kawah.
Baca: Asiiik, Sekarang Sudah Ada Penerbangan Langsung Garuda Jakarta-Banyuwangi
Menuju Gunung Ijen
Selesai mengobrol di resto hotel Santika, Rabu tengah malam menjelang Kamis (07/09/2017) dini hari kami bersiap-siap. Pada 00:30 kami semua sudah siap dengan peralatan masing-masing dan sudah berada di kendaraan yang sudah disiapkan.
Mas Shafigh (GenPI Jateng), Aris (Genpi Sumbar), Robby (GenPI Sumsel), Eko T (GenPI Banten), Eko N (Genpi Jogja), mbak Jhe (Genpi NTB). Dan tentu saja mas Don Kardono beserta istri, mas Ebo, dan beberapa kawan lain dari Kementerian Pariwisata.
Rute jalan saya tidak ingat persis. Yang saya ingat, dari Hotel Santika kami memasuki jalan Brawijaya – Jalan Raya Lijen – lalu mengarah ke Bumi Perkemahan Paltuding.
Malam itu bulan bersinar lumayan terang di dalam kegelapan malam. Dari dalam mobil saya bisa melihat bayang-bayang pepohonan dan kebun-kebun warga di sepanjang jalan menuju Paltuding.
Hotel Santika – Paltuding berjarak sekitar 35 kilometer. Kami memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di parkiran mobil Paltuding.

Jalur Pendakian Kawah Ijen
Udara cukup dingin saat kami keluar dari mobil. Jaket yang kami beli benar-benar dibutuhkan malam itu. Udara yang dingin terasa menusuk-nusuk kulit muka. Saat berbicara dan menghembuskan nafas, keluar uap dari mulut kami. Seperti di tipi-tipi itulah 😀
Beberapa warga menawarkan dagangannya berupa sarung tangan dan kupluk kepada kami. Membeli keduanya saya harus mengeluarkan uang sebesar Rp 25ribu. Sedangkan senter seharga Rp 40ribu.
Pukul 01:35 kami sudah berada di ‘garis start’ jalur pendakian Kawah Ijen. Sinar bulan menerangi daerah pegunungan, sekilas saya melihat puncak Gunung Ijen di kejauhan. Keinginan kuat untuk melihat kawah ijen bercampur dengan keraguan kekuatan fisik.
Kami langsung disambut dengan jalur pendakian yang lumayan aduhay untuk ukuran orang awam. Sekitar 1,5 kilometer pertama kami harus berjuang menanjak di kemiringan 25-35 derajat.
Membawa satu buah body DSLR, satu lensa wide dan satu lensa tele, itu berasa seperti memikul puluhan kilogram bebas di tas ransel.
Jalur yang kami lalui adalah jalur tanah yang berpasir. Di banyak titik kami harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir dan merosot ke belakang.
Kami berangkat berbarengan, di tengah jalan mulai terpisah-pisah mengikuti yang paling lambat berjalan. Berkumpul kembali saat tiba di Kantin Ijen Miner. Di sini istirahat sambil mengisi perut dan minum minuman hangat. Say memilih memesan teh panas dan makan roti kampung yang terasa enak sekali saat itu 😀
Selain kami, banyak wisatawan lain berbarengan mendaki dalam grup. Sebagian besar adalah wisatawan mancanegara. Mendengar bahasa yang mereka gunakan, sepertinya mereka berasal dari Rusia, Belanda, Perancis, Inggris, Cina.
Baca juga: Pesona Wisata Kawah Ijen Banyuwangi

Istirahat di Pondok Bunder
Lebih dari setengah jalur pendakian Kawah Ijen, ada Pondok Bunder di ketinggian 2214 meter DPL. Di situ ada sebuah warung yang menjual makanan ringan dan minuman hangat.
Kawan-kawan memilih duduk-duduk di dalam yang suhu ruangan lebih hangat dibanding suhu di luar. Makan mie instan, roti kampung, buah pisang, dan minum teh atau kopi hangat.
Perjuangan menempuh jalur menanjak bagi kami orang awam merupakan hal luar biasa. Apalagi tanpa persiapan, tanpa pemanasan, dan tanpa tidur sebelumnya 😀
Namun semua kami lalui dengan hati senang. Bisa menjelajahi dan merasakan langsung atmosfir pariwisata Banyuwangi yang sedang naik. Bahkan menurut data, pertumbuhan angka kunjungan wisatawan Banyuwangi tergolong pesat.
Sisa jalur pendakian Kawah Ijen masih menanti. Menurut guide yang menemani, sisanya lebih landai. Tunggu cerita selanjutnya.
Walla bersambung… belum nongol nih foro blue fire yg kece abisszzz. Salah satu waiting list yg harus dikunjungi ini kawah ijen
jalan 1 jam aja sudah teler, apalagi 3 jam ya.
Berasa ikut atmosfer mendaki ini…
Kudu siapkan fisik ya kalau mau ke sini.
Jadi ingat pengalaman mendaki Anak Krakatau, hahaha.
Pengalaman tak terlupakan :).
Wah saya mendaki Anak Krakatau aja udah hampir gak kuat, apalagi mendaki kawah ijen nih 🙁 jadi ragu deh