
Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival VI – Penampilan budaya tanah air dan mancanegara dalam acara Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival (EIFAF) 2018 benar benar meriah. Festival yang berlangsung tanggal 21 – 29 Juli 2018 ini masuk dalam Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata RI lho.
Masuk Calendar of Events Kemenpar berarti festival ini adalah festival nasional yang layak dikunjungi oleh wisatawan nusantara, bahkan mancanegara. Menjadi jendela dunia untuk lebih mengenal budaya Indonesia, khususnya budaya Kalimantan Timur. Penyelenggaraannya setiap tahun pada pekan ketiga dan keempat bulan Juli. Pas banget waktunya dengan liburan wisatawan (libur sekolah) dalam negeri dan luar negeri.
Berbagai atraksi menarik mengisi 8 hari kegiatan festival. Mulai dari Parade Budaya Internasional yang menampilkan kostum tradisional dari negara-negara peserta. Lalu ada upacara tradisional Kutai Kartanegara yang menarik, pesta rakyat tradisional Beseprah, dan ritual Belimbur. Acara dipusatkan di Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.


Baca juga ya: Pesona Perang Pandan di Desa Tenganan Karangasem Bali
Kirab Budaya
Kirab Budaya Festival Kesenian Rakyat Internasional ke-6 diadakan pada hari Sabtu (21/07/2018). Satu hari sebelum pembukaan Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival 2018. Kirab ini menjadi rangkaian pertama dari banyak acara selama 7 hari berikutnya.
Saat keluar dari hotel pagi-pagi pukul 09:00, saya benar-benar penasaran bagaimana meriahnya acara kirab. Berharap menemukan sesuatu yang berbeda dari parade-parade budaya yang sudah pernah saya lihat.
Acara sepertinya sudah dimulai sekitar pukul 09:00 WITA. Bebererapa menit berkendara dari hotel kami memutuskan untuk berhenti dan berjalan kaki saja. Kawatir ga keburu untuk sampai di garis start kirab.
Rute kirab menempuh jarak sekitar 2 kilometer di pusat Kota Tenggarong. Di beberapa titik masyarakat memenuhi jalanan menunggu peserta kirab lewat. Banyak sekali warga yang sengaja keluar rumah dan kantor hari itu, belum lagi siswa sekolah berseragam yang semangat sekali menunggu dengan duduk-duduk bergerombol di trotoar jalanan. Terlihat pula beberapa rombongan wisatawan yang kelihatannya berasal dari luar Kalimantan.



Menyemut rata dari mulai depan Sekretariat Gerbang Raja, Jembatan Repo-Repo, Jembatan Besi sampai Kedaton Kutai Kartanegara. Animo masyarakat benar-benar luar biasa ingin menyaksikan penampilan budaya Kutai Kartanegara, beberapa budaya Nusantara, dan beberapa budaya dunia.
Banyak sekali warga yang memotret dan merekam video menggunakan kamera HP, DSLR dan mirrorless. Bahkan ada juga beberapa warga yang minta foto bersama dengan beberapa delegasi kesenian dari mancanegara. Dan beberapa kali terdengar sorak-sorai saat menyaksikan serunya perserta kirab melakukan tarian-tarian energik.
Benar-benar penampilan budaya yang menawan dan menggairahkan. Dari Nusantara tampil budaya Dayak, Minang, Kutai, Toraja, Sulawesi Utara, NTT, Jawa, Banyuwangi, Lombok sampai Reog Ponorogo. Sedangkan dari mancanegara ada Hongaria Hongaria, India, Polandia, Rumania dan Turki yang unjuk kebolehan.
Puluhan ribu warga dan wisatawan sangat menikmati kirab budaya Erau Adat Kutai dan International Folk Art Festival hari itu. Termasuk saya yang betah jalan kaki mengikuti rute kirab sampai Kedaton Kutai Kartanegara, tempat puncak kirab berlangsung di hadapan keluarga kerajaan Kutai dan tamu kehormatan.

Pembukaan
Tiang Ayu
Pembukaan Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival (EIFAF) 2018 dilaksanakan di Stadion Rondong Demang Kota Tenggarong, Minggu (22/07/2018). Namun ada acara adat yang sangat penting sebelumnya, apa itu?
Berlangsung di Keraton atau Museum Mulawarman Tenggarong, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura memulai secara resmi pelaksanaan Erau dengan ritual adat mendirikan Ayu. Ayu adalah tombak pusaka milik raja Kutai pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti. Ada sebuah kantung kain berwarna kuning pada tombak, dan juga kelengkapan ritual lain, yaitu tali juwita, kain cinde, janur kuning, daun sirih, serta buah pinang.
Tiang Ayu dalam keadaan rebah di atas alas berupa selembar kasur berwarna kuning dan dilapisi kain kuning bermotif merah yang disebut Tapak Liman. Di bawah kasur tersebut, disiapkan lukisan Tambak Karang berbentuk empat ekor naga dan seluang mas warna-warni. Di kedua sisi Tiang Ayu, diletakkan dua buah pusaka, Gong Raden Galuh dan Batu Tijakan.
Mendirikan Ayu dilakukan dengan 3 kali angkatan, setiap angkatan mengucapkan ‘yo yo yo’, hingga pusaka berdiri pada penyangganya. Prosesi mendirikan Ayu itu dilakukan oleh kerabat Keraton dan pejabat, termasuk didalamnya adalah Plt Bupati Kukar Edi Damansyah, Gubernur Kaltim Awang Farouk Ishak dan Calon Gubernur Kaltim Isran Noor.


Pembukaan Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival 2018
Setelah acara Tiang Ayu selesai, saya dan kawan-kawan langsung bergegas menuju Stadion Rondong Demang. Kedaton Kutai Kartanegara (Museum) – Stadion, hanya berjarak 1-1,2 kilometer, dengan kendaraan hanya perlu waktu sekitar 5 menit saja.
Saat tiba, sekitar stadion sudah banyak kendaraan parkir. Banyak warga yang juga baru datang. Sedangkan bangku stadion sudah penuh di sekelilingnya. Kalau saya kira-kira, kapasitas stadion Rondong Demang adalah 5000-7000 tempat duduk. Berarti paling tidak ada 5000 warga yang datang, belum ditambah dengan warga yang menonton dari luar stadion.
Kalau biasanya acara dimulai dengan kata sambutan, di Pembukaan Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival (EIFAF) 2018 ini langsung dengan penampilan budaya. Ya, sambutan dilakukan di tengah-tengah acara.
Ada 6 delegasi negara luar yang menampilkan tarian rakyatnya serta tarian massal dari Kabupaten Kutai Kartanagera menyemarakkan pembukaan.

Pentas Seni Budaya Internasional
Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival 2018 ini memang benar-benar seru. Selain Kirab Budaya dan pertunjukan seni budaya di acara pembukaan, EIFAF 2018 ini juga suguhkan atraksi budaya selama beberapa hari berturut-turut.
Salah satu yang saya saksikan adalah pertunjukan yang dilaksanakan di lapangan basket Timbau, di tepian Sungai Mahakam. Parkir kendaraan penuh sekali saat kami tiba malam itu, Minggu (22/07/2018). Minibus, motor, dan bus khusus untuk delegasi keseniaan memenuhi pinggiran Jalan K.H. Ahmad Muksin. Sedangkan lapangan basket sudah dipenuhi oleh warga, wisatawan dan tamu undangan yang ingin menyaksikan penampilan budaya lokal dan mancanegara.
Semua grup menampilkan pertunjukan terbaiknya malam itu. Seluruh penonton terlihat sangat antusias menyaksikan dari awal sampai akhir acara. Saya yang duduk di dekat panggung pun dibuat betah, menikmati banyak suguhan budaya Nusantara dan Mancanegara.
Saya benar-benar beruntung bisa menyaksikan kesemuanya hanya dengan datang ke Kutai Kartanegara.
Baca juga dong: Eksotisme Pesta Sekura di Lampung Barat
Banyak Acara Sampai Penutupan
Hanya 4 hari saja di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara saya sudah merasa terhibur oleh gelaran EIFAF 2018. Bayangkan ada 8 hari yang dipenuhi atraksi budaya berbagai daerah di Nusantara dan mancanegara.
Puncaknya adalah pesta rakyat tradisional Beseprah dan Belimbur, serta tradisi mengulur naga. Belimbur adalah saling menyiram antarwarga dengan air yang diambil dari sungai Mahakam.
Sedangkan Mengulur Naga adalah tradisi arak-arakan replika naga besar yang dinaikkan ke kapal menyusuri Sungai Mahakam. Kemudian replika naga tersebut dilepaskan di Kutai Lama. Masyarakat Kutai meyakini legenda rakyat yang mengatakan bahwa di tempat itu terdapat sarang naga. Setelah naga dilepaskan, masyarakat berbondong-bondong berebut sisik naga yang diyakini bisa membawa keberuntungan.
Rugi Tidak datang ke Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival
Kabupaten Kutai Kartanegara ternyata bukan kaya sumberdaya alam berbasis fosil, seperti batubara, saja. Namun ternyata menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa unik dan indah. Kota Tenggarong ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara begitu kental dengan budaya turun temurun yang layak didatangi dan dinikmati wisatawan.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I, I Gde Pitana, dalam sambutannya mengatakan sangat yakin Erau Adat Kutai dan 6th International Folk Arts Festival mampu mengangkat Kutai Kartanegara sebagai tujuan wisata yang diperhitungkan. Beliau sangat yakin acara ini adalah cara yang tepat untuk promosikan destinasi wisata Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
Bahkan saat saya ngevlog bareng di akhir acara pembukaan, beliau mengatakan rugi kalau kita tidak datang menyaksikan Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival ini. Makanya, nabung deh dari sekarang buat datang ke acara Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival di tahun 2019. Sukses terus Wisata Kalimantan Timur..!
Mantap om,, panutan bagi gua sebagai travel Blogger Lampung