Festival Pulau Penyengat 2019 – Sangat menarik datang ke pulau bersejarah jatuh bangunnya Imperium Melayu. Pulau yang pernah menjadi mas kawin Sultan Kasultanan Riau III Sultan Mahmud Syah untuk Raja Hamidah (Engku Puteri Raja Hamidah) cocok didatangi wisatawan yang tertarik dengan sejarah. Apalagi kalau datang saat Festival Pulau Penyengat, ada banyak budaya yang bisa dinikmati sekaligus dipelajari.
Ini kali ketiga saya datang ke Pulau Penyengat. Pertama saat mengumpulkan bahan untuk sebuah inflight magazine di tahun 2017. Kedua saat Festival Pulau Penyengat 2018. Dan ketiga, di acara Festival Pulau Penyengat 2019. Sebuah kehormatan bisa datang 3 kali dalam 4 tahun terakhir ke pulau yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Riau.
Pagi itu, Kamis (14/02/2019), saya dan kawan-kawan berjalan dari Hotel Furia menuju Pelabuhan Pulau Penyengat. Lalu menyeberang dengan perahu kayu kecil (pompong). Saya dan rombongan, sekitar 15 orang, tiba 08:30 di Pulau Penyengat. Sudah tampak ramainya pulau karena adanya festival tahunan ini.
Kami dari Generasi Pesona Indonesia, kawan-kawan media, fotografer, videografer, blogger, dan beberapa pelaku media sosial langsung persiapkan alat masing-masing.
Baca juga: Pulau Penyengat – Menyelisik Peninggalan Kerajaan Melayu
Parade Budaya
Baru kali ini saya berjalan kaki dari pelabuhan Pulau Penyengat ke Balai Adat Pulau Penyengat. Biasanya naik becak motor yang banyak tersedia. Karena kami ingin memotret acara pembuka festival, yaitu pawai budaya yang diikuti oleh pelajar dan warga pulau. Juga dari seluruh kecamatan yang ada di Tanjungpinang. Ada Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Kota, dan Bukit Bestari.
Sekitar 2000an wisatawan berbaur dengan warga menyaksikan kemeriahan parade budaya. Mulai dari Kampung Datuk dan finish di Balai Adat.
Banyak sekali detail, pernak-pernik, warna-warni, dan budaya yang bisa kita saksikan selama parade. Puluhan wisatawan dengan kamera besar terlihat hilir mudik lalu memilih sudut bidik masing-masing.
Sebelum sampai di Balai Adat, beberapa grup parade melakukan aksi perform di hadapan tamu undangan VIP. Ada tarian, nyanyian, dan silat. Kita seakan dibawa ke masa lampau, menyaksikan parade budaya kerajaan Melayu.
Pembukaan Festival Pulau Penyengat 2019
Setelah parade budaya selesai, dilanjutkan dengan opening ceremony Festival Pulau Penyengat 2019. Suasana meriah hadir melalui sejumlah pertunjukan seni. Ada Tari Sembah (tarian sambutan kepada tamu) dan Tari Zapin Penyengat yang khas yang dibawakan oleh Sanggar Budaya Warisan Pulau Penyengat.
Tari Zapin adalah tarian tradisional penuh semangat, sebuah tarian rumpun Melayu yang edukatif dan menghibur. Biasanya digunakan media dakwah melalui syair lagu-lagunya.
Tari Zapin dari Pulau Penyengat ini sedikit berbeda dari tari Zapin daerah Melayu lain. Gerakan kaki para penari sedikit lebih lebar dari Tari Zapin pada umumnya. Juga ada gerakan melompat dengan penekanan tertentu sehingga lebih terlihat energik. Penampilannya terbagi dalam 3 tahap. Pembuka, tengah atau isi, lalu akhir sebagai penutupnya.
Tim Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata, Raseno Arya, hadir hari ini di pembukaan. Raseno Arya bilang, Profil Festival Penyengat ini luar biasa. Bisa menjadi penarik arus masuk wisatawan mancanegara (wisman) yang bagus. Banyak keunikan budaya Melayu yang diangkat.
Harapannya sih di tahun 2019 ini arus wisman dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam bisa optimal. Bukankah negara-negara ini memiliki kesamaan unsur Melayu.
Lomba Membaca Gurindam Dua Belas
Selesai opening ceremony, setelah makan siang dan sholat Zhuhur, dilanjut dengan acara Lomba Membaca Gurindam Dua Belas di halaman Balai Adat. Pesertanya pelajar dari Pulau Penyengat dan juga Kota Tanjungpinang.
Para pendukung masing-masing peserta lomba duduk di bawah tarub besar di halaman Balai Adat. Wisatawan bisa juga nimbrung duduk di situ. Sedangkan saya memilih mendengarkannya sambil minum kopi di luar halaman Balai Adat.
Nasihat-nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhoi Allah SWT meresap berbarengan dengan setiap tegukan kopi yang saya minum, sambil memandang lautan. Banyak yang mengena, rasanya seperti menusuk di hati.
Lomba membaca Gurindam Dua Belas ini mirip seperti lomba tilawatil Quran, menurut saya. Ada lagu-lagu dan panjang pendek pengucapan kalimat-kalimat gurindam. Penilaian berdasarkan teknik membaca, seperti nada, artikulasi, logat Melayu. (Kalau tidak salah ya).
Gurindam 12 dikarang oleh Raja Ali Haji, saudara sepupu Raja Ali yang menjadi raja muda di Riau (1844-1857). ADa 12 pasal dalam gurindam ini. Makanya dikenal dengan Gurindam Dua Belas.
Cek artikel lain di: Wisata Kepulauan Riau
Hari Pertama Festival Pulau Penyengat 2019 Penuh Warna
Di hari pertama saja, Festival Pulau Penyengat 2019 ini sudah penuh warna dan keseruan. Senang sekali melihat kemasan dan rangkaiannya terlihat lebih baik dibanding tahun lalu. Atmosfir Melayu sangat terasa dari pagi sampai sore. Sayang sekali, tidak mengikuti acara Layar Tancap yang diadakan malam hari. Lain waktu mudah-mudahan bisa menikmatinya.
Di luar acara Festival Pulau Penyengat 2019, saya dan kawan-kawan juga menikmati kuliner Pulau Penyengat. Juga mengunjungi beberapa spot bersejarah yang ada di Pulau Penyengat. Dua kedatangan sebelum menggunakan becak bermotor, kali ini dengan berjalan kaki. Lelah bolak-balik dan panas terik matahari terbayarkan dengan cerita, foto, dan hikmah yang didapat dari sajian budaya Melayu Pulau Penyengat.
Makasih MAs Yopie, selain diajakin, foto diriku juga memenuhi laman blogmu hehehehe.Senangnya bisa jalan jalan bahagia ya 🙂