Wisata Pulau Penyengat Kepulauan Riau – Kalau sedang berada di Kota Tanjungpinang maka akan lengkap wisata kalau datang ke Pulau Penyengat. Kalau datang ke Pulau Penyengat, maka datanglah ke beberapa spot menarik yang mempunyai nilai sejarah dan juga bagus untuk foto. Di artikel kali ini saya akan ceritakan beberapa tempat wisata di Pulau Penyengat yang saya kunjungi saat Festival Pulau Penyengat 2019 berlangsung.
Kalau kamu para pria ingin menikahi calon istrimu, apa yang akan kamu berikan sebagai mas kawin? Cincin berlian, sepetak rumah, seperangkat alat sholat, atau surat al-ikhlas? kalau Sultan Kasultanan Riau III Sultan Mahmud Syah menjadikan Pulau Penyengat sebagai mas kawin untuk Raja Hamidah (Engku Puteri Raja Hamidah) pada tahun 1803.
Pulau yang luasnya hanya sekitar 240 hektar ini juga bersejarah dan punya andil dalam lahirnya bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini. Dari tangan Raja Haji Ali lahir Gurindam Dua Belas, yang menjadi cikal bakal tata bahasa Melayu. Yang kemudian melahirkan bahasa Indonesia yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1908.
Saya dan kawan-kawan datang di hari pertama dan kedua Festival Pulau Penyengat 2019. Di luar rangkaian festival, kami menyempatkan diri berkeliling pulau mengunjungi beberapa tempat wisata sejarah yang ada di Pulau Penyengat.
Sebelumnya, saya sudah dua kali kemari dan dua kali itu pulau saya tidak menuntaskan mengunjungi semua tempat di pulau. Termasuk kali ini, masih ada yang terlewatkan.
Masjid Raya Sultan Riau
Masjid cantik berukuran Berukuran 18Ă—20 meter ini memiliki 4 tiang beton yang menopang bangunan masjid. 4 menara yang berfungsi sebagai tempat pengumandang adzan memanggil warga untuk sholat menambah megah bangunan masjid.
Semakin lengkap dengan tambahan 13 kubah di atasnya. Sehingga kalau menara dan kubah dijumlahkan ketemu angka 17. Tujuh belas melambangkan jumlah rakaat sholat lima waktu umat muslim dalam satu hari.
Masjid Raya Sultan Riau pertama kali dibangun oleh Sultan Mahmud di tahun 1803. Pada tahun 1832 di masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman dilakukan renovasi menjadi bentuk yang dapat kita lihat saat ini.
Dari dermaga penyeberangan menuju pulau, Masjid ini sudah nampak berdiri dengan megah. Saat menjejakkan kaki di pulau pun, bangunan megah pertama yang kita lewati adalah masjid ini.
Karena letaknya yang dekat dengan dermaga pulau, kamu bisa kunjungi masjid di awal ataupun di akhir wisata Pulau Penyengat.
Balai Adat Melayu Pulau Penyengat
Balai Adat yang beraksitektur khas Melayu ini fungsinya adalah sebagai pusat kegiatan masyarakat Pulau Penyengat. Mulai dari musyawarah hingga menjadi tempat penyelenggaraan hajatan pernikahan. Termasuk kalau ada hajat besar seperti Festival Pulau Penyengat, dipusatkan di Balai Adat ini.
Balai Adat terletak kira-kira di sisi Barat Daya Pulau Penyengat. Berjarak sekitar 900 meter dari Masjid Sultan Riau, kalau berjalan kaki hanya butuh waktu sekitar 11 menit saja.
Gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah
Bekas Gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah ini sudah terlihat rusak. Hanya tersisa dinding-dinding tanpa polesan dan sudah tidak ada atap lagi. Bangunan bergaya Indische Empire ini 4 buah pilar atau kolom Yunani tipe Doric. Dan ada 4 buah pilar dengan bentuk persegi di bagian belakang.
Pada masanya menjadi kediaman Raja Haji Abdullah bin Raja Hassan bin Raja Ali Haji, cucu Raja Ali Haji melalui anak kesayangannya yang bernama Raja Hasan. Raja Haji Abdullah ini kakak beradik dengan Raja Haji Ahmad yang menjadi tabib resmi kerajaan.
Dinamakan Gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah, karena jabatannya dalam pemerintahan sebagai hakim. Jabatan hakim dan kadi syariah kerajaan didapat setelah mendapat pendidikan baik di Pulau Penyengat sendiri dan di Mekkah.
Lokasinya sekitar 700 meter Timur Tenggara Balai Adat, atau sekitar 3 menit berjalan kaki. Menjadi spot foto menarik, wisata Pulau Penyengat menjadi lebih menarik.
Makam Raja Hamidah
Kompleks Makam Engku Puteri ini terdiri dari makam-makam para tokoh penting dan bersejarah Riau (Melayu). Ada makam Engku Puteri yang mempunyai nama lahir Raja Hamidah, makam Raja Ali Haji, Raja Ahmad, dan Raja Abdullah.
Makam Engku Putri yang bernama lahir Raja Hamidah berada di dalam bangunan yang berbentuk seperti masjid. Lalu ada makam Mariam, selir Sultan Mahmud. Lalu ada makam Raja Haji Abdullah Marhum Mursyid YDM Riau IX yang berdampingan dengan makam istrinya, Raja Aisyah.
Di sekeliling bangunan banyak sekali makam kerabat Raja Hamidah, termasuk ada makam Raja Ali Haji (1808-1873) di dekat pintu masuk bangunan. Beliau adalah abang sepupu Engku Puteri, dan seorang sastrawan yang terkenal dengan karyanya Gurindam Dua Belas. Raja Ali Haji telah dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional.
Kemudian ada makam Raja Ahmad penasehat kerajaan dan makam Raja Abdullah YDMR IX (1857-1858).
Baca juga: Alunan Merdu Gurindam Dua Belas dan Secangkir Kopi di Festival Pulau Penyengat 2019
Rumah Tabib / Gedung Tabib
Bangunan berukuran 12 x 18 meter ini dindingnya sudah banyak yang terkelupas. Terlihat jelas susunan bata merah yang masih bertahan hingga sekarang.
Bentuknya persegi panjang, di kiri dan kanan terdapat jendela yang tidak lebih tinggi dari pintu. Di bagian atas, posisi pintu dan jendela sejajar dengan pintu dan jendela di bawahnya. Rangka kayu jendela dan pintunya masih ada sampai sekarang.
Di salah satu sudutnya terdapat akar pohon yang tumbuh di dinding bangunan. Seolah menyatu dengan bangunan, menjadikannya seperti spot foto yang sering dicari banyak orang yang ingin foto prewedding atau model.
Bangunan ini ditempati oleh Raja Ahmad Thabib bin Raja Hasan bin Raja Ali Haji. Ibunya bernama Maimunah, putri kandung Raja Abdullah (Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IX). Ayahnya bernama Raja Hasan, putra Raja Ali Haji yang merupakan penerus Raja Ja’far.
Cucu Raja Ali Haji ini selain seorang ulama juga seorang tabib. Ia lahir di Pulau Penyengat pada 1282 Hijriah, atau 1865 Masehi. Dari situlah maka bangunan itu kini dinamai Rumah Tabib. Menjadi tabib selama 10 tahun, antara tahun 1901-1911, seiring dengan turun tahtanya Sultan Riau.
Salah satu obat racikannya yang terkenal adalah Syarbat Zanjabil. Berbentuk cairan, obat herbal ini diracik dari rempah-rempah dengan aroma harum. Menurut cerita, obat ini dapat menyembuhkan Penyakit jantung, sakit kuning, dan beberapa penyakit lain.
Peninggalan Kerajaan Melayu yang Tersisa
Selain yang saya ceritakan di atas, masih banyak lagi peninggalan-peninggalan kerajaan di seantero pulau. Sepertis saat kami berjalan dari Gedung Hakim ke Komplek Makam Engku Putri. Kami sempat mampir di semacam mimbar terbuat dari bata dan semen. Mimbar ini adalah tempat pengukuhan raja. Saat ini lokasinya ada di bagian belakang sekolah dasar.
Tak jauh dari mimbar tersebut ada bekas gerbang kerajaan. Sama seperti bangunan lain, gerbang ini menyisakan dinding yang sudah terkelupas. Memperlihatkan susunan batu bata merah yang masih bertahan.
Dan masih banyak lagi potongan-potongan gedung, perigi (sumur), dan lainnya yang ada. Tidak semuanya sempat kita datangi.
Istana Kantor dan Bukit Kursi pun belum sempat saya datangi. Di Bukit Kursi ada gudang mesiu, beberapa meriam dan parit sebagai benteng pertahanan melawan Belanda. Mungkin lain waktu bisa kemari lagi dan bisa mendatangi kedua tempat yang belum saya datangi tersebut.
Wisata Pulau Penyengat Wisata Penuh Hikmah dan Menyenangkan
Banyak hikmah yang bisa kita ambil saat jalan-jalan di Pulau Penyengat. KIta jadi mengetahui sejarah Melayu Kepulauan Riau. Jadi tahu sejarah lahirnya Bahasa Indonesia, juga mendapat nasihat-nasihat agama dari Gurindam Dua Belas.
Berada langsung di pulau bersejarah atas jatuh bangunnya Imperium Melayu sungguh memberikan pengalaman yang unik. Dan banyaknya tempat foto menarik menjadikan Wisata Pulau Penyengat terasa lebih menyenangkan.
(Foto-foto di atas adalah hasil foto Handphone (HP) Oppo F5)
Saya sudah berkali2 datang ke Pulau Penyengat gak pernah merasa bosan. Suka akan keramahan orang2 nya